Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ramang Berlatih, Manfaat Karet Bank Sepeda (10)

11 April 2021   15:46 Diperbarui: 11 April 2021   15:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramang (kopiah, kiri) di tengah keluarga pada usia tua. / dokpri

Anwar pernah bercerita pada saya, pada tahun 1968, dia bersama ayahnya dan Rauf, termasuk Keng Wie (Budi Wijaya) dan Piet Tio (Rahmat Jaya) melawat ke Banjarmasin di bawah bendera klub Persatuan Sepakbola Angkatan Darat (PSAD) Makassar. Ayah dan dua anak ini tampil mareng. Rauf bermain pada posisi bek kiri. Ikut juga dalam rombongan dua bersaudara Karno dan Dullah Wahid. 

Ketika bola digiring di dekat garis pinggir lapangan, Dullah Wahid mengangkatnya ke tengah. Ramang tenang-tenang saja. Dengan santai dia menggiring sedikit bola dan "buuuum...."

Bola sudah masuk, beberapa detik lebih cepat sementara  kiper baru siap mengantisipasi datangnya bola.  Orang Makassar mengatakan, Ramang seperti  '" na date ki" (dilepas seperti katapel) tanpa ancang-ancang sama sekali. Pelatih sepakbola mengistilahkannya sebagai tembakan "first time" (saat pertama). Kebanyakan kiper selalu terlambat selangkah mengantisipasi tendangan Ramang.

"Sebelum saya bermain Bapak di Banjarmasin, selalu orang lain yang menceritakan kehabatan almarhum. Tetapi, ketika turun bersama almarhum, saya baru saksikan sendiri kehebatannya," puji Anwar yang tentu saja sangat pantas.

Pada kesempatan lain, Anwar pernah menyaksikan ayahnya bermain di Stadion Mattoanging. Saat itu, Anwar masih berstatus anak gawang (anak-anak yang biasa memungut bola keluar lapangan ketika pertandingan) bersama Rony Pattinasarany (alm.), Ramang mengangkat bola dari salah satu sisi lapangan. Anehnya, dia sendiri berlari bagaikan kijang menyambut datangnya bola itu. Dia membalik badannya setelah menguasai bola, lalu melepaskan si kulit bundar ke gawang lawan. Masuk.

"Beliau bermain lain daripada yang lain. Kalau pemain-pemain sekarang, justru berteriak minta bola. Oher (ayah), justru merebut kembali bola yang sudah dilambungkan, kemudian dikirim menggetarkan jala lawan," kisah Anwar Ramang di warung kopi Jl. Veteran 14 Juni 2010 saat matahari mulai terik menyinari Kota Makassar. (Bersambung). 

       

Ramang (kopiah, kiri) di tengah keluarga pada usia tua. / dokpri
Ramang (kopiah, kiri) di tengah keluarga pada usia tua. / dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun