Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

FIFA: Ramang Inspirator Sepak Bola Indonesia 1950-an (2)

1 April 2021   15:01 Diperbarui: 1 April 2021   15:43 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramang (kiri) saat tampil melawan Uni Soviet dan bermain imbang 0-0 di Olimpiade Melbourne, Australia 1956. (Foto: FIFA.com).

Organisasi sepakbola se-jagat, Federation "Internationale de Futbal  Associacion" (FIFA) di halaman depan laman resminya (FIFA.COM) 26 September 2012 mengenang pemain legendaris Indonesia kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, Ramang bertepatan dengan 25 tahun kematiannya (26 September 1987). Di laman itu, Ramang dikenal dengan nama Rusli Ramang. Kontan saja munculnya tulisan itu disambut hangat oleh sejumlah media online dan cetak di tanah air. Tidak hanya itu, orang pun memburu informasi tentang Ramang, termasuk buku yang pernah ditulis. 

Mengenang Ramang yang dilakukan oleh FIFA melalui catatan di laman tersebut merupakan sebuah kebanggaan dan pengakuan terhadap sosok seorang Ramang. Organisasi sebesar FIFA saja mengakui kehebatan Ramang, tetapi tengoklah dan bagaimana dengan di negeri sendiri. Pemeo yang menyebutkan, kadang-kadang orang atau pihak lain yang memberi penghargaan luar biasa, agaknya terbukti.  

Sepengetahuan kita, inilah untuk pertama kalinya organisasi sepakbola sejagat se-kelas FIFA mengakui dan memberi apresiasi yang sangat luar biasa kontruktif dan positif terhadap seorang pesepekbola Indonesia, justru di saat organisasi sepakbola nasional Indonesia, PSSI, sedang dirundung masalah. 

Di dalam negeri, Ramang selalu dikenang lantaran namanya digunakan pada frasa 'Pasukan Ramang'' sebagai   julukan terhadap klub Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) dengan harapan dapat bangkit dengan semangat dan berprestasi seperti Ramang. Namun, penggunaan nama kian paradoks dengan prestasi yang diraih PSM. Bagaimana mau memaknai roh semangat Ramang, sementara para pemain kesebelasan Juku Eja ini lebih banyak anak-anak non-Bugis-Makassar.

Nama Ramang kini dikenal tidak lebih dari sekadar basa basi. Toami Ramang (Ramang sudah tua), sebuah idiom yang bermula dari ucapan Ramang sendiri ketika menolak saya yang hendak mewawancarainya sekitar tiga puluh tahun (1981) silam di kediamannya. Ungkapan bernada kontradiksi dengan apa yang hendak kita inginkan terhadap sosok pemain legendaris ini. Dua kata yang menyimbolkan bahwa seseorang sudah tua, tidak perkasa lagi, prestasi sudah melorot, dan semua yang lemah lunglai.

Penggunaan nama toami Ramang, memberikan kekhususan, betapa frasa ini hidup subur di tengah masyarakat dari waktu ke waktu. Belum pernah ada nama orang yang sudah seperempat abad (per 2012), sosok dan  namanya masih disebut toami (sudah tua). Sapaan seperti itu masih terus digunakan masyarakat Sulawesi Selatan hingga kini.

Ramang pun pernah disimbolkan pada sebuah patung yang tegak perkasa di pintu gerbang masuk lapangan Karebosi Makassar. Patung itu tidak berusia lama. Proyek revitalisasi Karebosi yang sempat menunai pro-kontra hingga kini ternyata menggusur patungan pemain bola ternama itu. Kini, patung tersebut tak diketahui entah ke mana rimbanya. Tetapi Pemerintah Kota Makassar menbangun patung serupa yang lebih mirip Ramang di Anjungan Losari, dibandingkan dengan patungan yang pertama -- menurut Anwar Ramang -- lebih mirip wajah Gadjah Mada.

 Meloncat ke era 50-an, Indonesia mulai bangkit dan menunjukkan kualitas permainannya  di level Internasional. FIFA menyebut era ini adalah masa keemasan sepakbola Indonesia. Tim Garuda menjadi kekuatan yang ditakuti di Asia dan semua itu berkat penampilan gemilang seorang legenda asal PSM Makassar, Ramang.

Perjalanan Ramang bersama timnas Indonesia dimulai pada tahun 1952. Ia dikirim daerahnya untuk mengikuti training camp di Jakarta. Karena kemampuannya yang di atas rata-rata, ia terpilih untuk menjadi pemain timnas Indonesia.

Tak butuh waktu lama bagi Ramang untuk membangkitkan imajinasi dan harapan rakyat Indonesia, negara yang masih muda saat itu. Indonesia melakoni tur Asia Timur melawan Filipina, All-Hong Kong, Hong Kong Selection, Persatuan Sepakbola Seluruh China, Korea Selatan, dan Thai Royal Air Force pada tahun 1953. Dari sekian banyak pertandingan di negeri asing, Indonesia hanya kalah sekali oleh Korsel, sisanya mereka menangkan seluruhnya. Begitu dahsyatnya kemampuan Indonesia saat itu hingga mereka mencatat 25 gol dan hanya kebobolan tujuh kali dalam enam pertandingan. Yang sangat dahsyat lagi, 19 gol Indonesia di tur itu dicetak oleh Ramang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun