Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rindu Kehangatan Keluarga

15 Februari 2018   18:28 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:40 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana kehangatan keluarga di kota besar seperti Metropolitan, Jakarta ini sudah hampir pudar. Buktinya sering kita melihat banyak keluarga pergi jalan-jalan, makan di mall . Mereka datangnya bersama-sama, duduk bersama-sama, tapi tidak mengobrol bersama-sama. Saling berdiam diri, asyik dengan HP atau gadget yang dipegang erat. 

Di zaman now,  relasi dengan keluarga jadi mahal sekali.  Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.  Terutama jika anak sudah besar seperti anak saya. Anak tunggal dan  perempuan, kuliah di luar kota,  pastinya saya sangat kangen dong!  

Selama  anak kuliah di luar kota, saya tak bisa mengunjunginya setiap waktu, kesibukannya benar-benar untuk belajar, dirinya sendiri. Libur tak sempat pulang karena banyak tugas.  Hampir satu tahun penuh kami tak pernah ketemu kecual komunikasi lewat whatsapplication atau  skype.

Foto Keluarga Madison. Sumber foto: Pribadi
Foto Keluarga Madison. Sumber foto: Pribadi
Kerinduan untuk berkumpul bersama untuk lebih banyak waktu untuk berbincang seperti ketika anak masih kecil, benar-benar sulit diwujudkan.   Saya pikir setelah selesai kuliah dan bekerja, saya masih dapat membangun kebersamaan keluarga dengan saling bertemu dan berbicara dari hati ke hati.

Sayangnya, hal ini juga sulit untuk dilakukan.  Kesibukan anak dengan pekerjaan, apalagi dia kos di tempat yang jauh dari tempat tinggal saya , lebih dekat dengan kantornya.   Setiap kali libur hari Sabtu, dia pulang ke rumah. 

Namun, siang harinya anak sudah minta izin untuk pergi kemall untuk ketemu dengan teman-temannya.   Dalam hati yang terdalam, saya sangat kecewa benar, sudah dimasakan dengan masakan kesukaannya.  Awalnya, saya berangan-angan untuk bicara panjang lebar, bertukar pikiran dengan pengalamannya. Tapi ternyata dunia anak ini sudah bukan dunia orangtua.  Pikiran dan perasaannya lebih menempel kepada teman-temannya dibanding dengan keluarga.

Jika dipikirkan lebih dalam, ternyata membangun kebersamaan demi kehangatan keluarga itu jauh lebih sulit sekarang ini dibanding zaman dulu. Saya selalu menyempatkan untuk menengok orangtua dulu baru bermain bersama teman-teman.

Saya pun mengatur siasat untuk setiap kali ada kesempatan libur mengajak anak, suami untuk sekedar makan bersama .   Suasananya tentu dibuat informal .  Sebagai ibu rumah tangga, saya pikir tadinya lebih enak makan di luar di suatu mall karena di bulan Pebruari ini selain ada hari istimewa yaitu ulangtahun anak, juga ada hari istimewa Valentine, tanggal 14 Pebruari . Sayangnya,  tanggal 14 Pebruari bukan hari libur.  Tapi kok ada hari libur tanggal 16 Pebruari , sehingga adalong week-end,  besoknya ulang tahun anak.

Nach, saya membuat rencana sederhana saja,  tanggal 16 Pebruari, kami akan makan siang di rumah.  Menu agak "special" karena ada tiga hari istimewa, valentine, Imlek dan ulangtahun anak.  Saya belum memberitahukan "surprise" ini kepada anak dan suami.  

Tapi saya pikir karena rencana ini sederhana tidak perlu pergi kemana-mana, tidak perlu repot untuk menyediakan waktu untuk pergi ke luar.  Repotnya hanya saya harus menyiapkan makanan yang agak istimewa saja. 

Ternyata, saya tak bisa buat "surprise" karena saya terlanjut mengumumkan kepada anak dan suami.  "Nanti hari Jumat,  Rina pengin makan apa?" tanya saya kepada anak.   Kepada suami pun saya bertanya hal yang sama.   Dengan pertanyaan itu, mereka pun sudah menduga-duga apa yang akan direncanakan karena kebiasaan ini tidak pernah saya lakukan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun