Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pak Jokowi: "Mengapa Orang Indonesia Berobat ke Luar Negeri?" Inilah Alasanku Berobat ke Penang

7 Maret 2023   16:59 Diperbarui: 23 April 2023   16:41 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hampir 2 juta orang Indonesia masih pergi berobat ke luar negeri apabila sakit. Kurang lebih 1 juta orang ke Malaysia, 750 ribu orang ke Singapura, dan sisanya ke Jepang, Amerika , Jerman dan lain-lain. Mau kita teruskan?"

Joko Widodo

Presiden RI  Tentang masyarakat yang berobat ke luar negeri


Pak Jokowi, saya  sebagai warga negara  Indonesia yang baik , masih percaya bahwa fasilitas pengobatan dan dokter yang baik  masih ada di negeri ini.   Saya sebenarnya bukan tipe orang yang suka berobat ke luar negeri.  Alasan utamanya adalah pasti biaya jauh lebih tinggi karena harus naik pesawat, akomodasi, asuransi travel dan lainnya,  kedua saya masih percaya kompetensi dengan dokter-dokter di daerah tempat tinggal saya secara khusus dan Jakarta secara umum.

Namun, paradigma ini berubah sama sekali ketika saya mengalami dua kali diagnosa dan pengobatan yang tak kunjung sembuh.

Yang pertama adalah ketika saya tiba-tiba mata saya buram dan seperti bayang-bayang saat melihat benda atau objek.    Saya segera ke dokter mata di suatu Klinik Swasta yang cukup besar di bilangan Jakarta yang terkenal .   Ketika dokter mata memeriksa mata saya, dia segera memberikan diagnosa bahwa mata saya terkena penyakit glaukoma.   "Penangannya harus dengan laser ", jelas dokter mata.

Mendengar kata "glaukoma" saya langsung sedih, lemas dan tidak berdaya.   Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang terjadi karena kerusakan syaraf disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata. Saya telah berjumpa dengan penderita glaukoma yang berakhir jadi buta.  Glaukoma tidak ada obatnya kecuali untuk menahan atau memberi keringanan untuk tekanan bola mata.

Pulang dari dokter mata, pikiran saya melayang-layang, antara percaya dan tidak percaya dengan diagnosa dokter mata ini.

Akhirnya untuk kemantapan hati, saya mencari "second opinion" dokter mata lain di Klinik mata swasta yang cukup besar juga di bilangan Jakarta.

Setelah dicek  semuanya, dokter mata mengatakan dengan kurang tegas bahwa mata saya ini antara katarak dan glaukoma.  Lagi-lagi saya jadi bingung, kenapa dokter mata ragu-ragu menentukan diagnosanya.

Berhari-hari dan berminggu-minggu, hampir 3 minggu, saya harus bergumul berat, kemana saya harus pergi ke dokter mata.  Setelah berkonsultasi dengan seorang teman, dikatakan bahwa lebih baik ke Dokter mata di Penang.

Island Hospital. Sumber: Dokpri
Island Hospital. Sumber: Dokpri

 Apalagi nasehat yang  disampaikan cukup menegaskan bahwa mata adalah organ penglihatan yang jadi sumber produktivitas . Jika kehilangan mata karena salah penanganan, saya akan menyesal seumur hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun