Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Di Balik Semangat Belajar di Usia Senior, Ada Sosok Ibu yang Menginspirasi

21 Desember 2022   14:56 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:03 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi-canva.com

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", artinya karakter, sifat anak cenderung mewarisi orangtuanya.

Begitulah saya, sebagian besar karakter saya dan sifat hampir 75% persis sama dengan ibuku. Hampir 18 tahun bonding saya dengan ibu  sangat lekat dan tiap hari perhatian, semangat ibuku luar biasa, boleh dikatakan apa yang dilakukan oleh ibu menjadi cermin diriku.

Walaupun beliau sudah meninggal dunia di tahun 2011 di usia yang lanjut 92 , bayang-bayang dirinya terus melekat dalam diri saya.

Selama hidupnya, beliau memang tidak pernah bekerja secara formal,  pekerjaan beliau mengurus rumah tangga. Namun, sikap dan nilai pendidikan yang diwariskan kepada kedua anaknya sangat istimewa.

Dalam mendidik anak-anaknya beliau selalu memberikan contoh, teladan , multi-tasking dalam rumah tangga (memasak, menjahit, ahli dalam make up, pandai bersosialisasi dan berkomunikasi) dan selalu membekali dirinya dengan berbagai ilmu praktis, gemar membaca dan sosialisasi dengan begitu banyak teman. Dia mengharapkan anaknya mandiri dalam segala hal, pendidikan, finansial, dan berumah tangga saling respek dan hormat .

Beliau punya semangat hidup yang kuat. Meskipun tak pernah mengerti dunia kerja formal, tetapi beliau selalu belajar apa yang terjadi di dunia kerja agar  bisa memberikan nasehat kepada kedua anaknya  tentang dunia kerja yang uptodate.

Sayangnya, nasib hidupnya tak sebaik yang didambakan. Ketika beliau sepulang menjenguk saya melahirkan dari Jakarta , travel yang ditumpanginya menabrak pohon . Semua penumpang termasuk ibu saya kakinya patah. Setelah operasi kaki yang patah, hidupnya berubah total tidak bisa jalan tetapi harus gunakan kursi roda dan tidak bisa mengikuti pertemuan dengan teman-temannya. Kegiatan sebagai guru senam, kegiatan sosial di tempat ibadah terhenti semua, kegiatan utamanya hanya di sebuah ranjang.

Di situlah titik nadir bagi dirinya, dia merasa  tidak berguna hidupnya. Semangat hidupnya redup sama sekali.

Namun, takdir terus membawanya dalam perjuangan (17 tahun dalam kondisi invalid).  Kondisi rumah di Semarang  sudah tidak dapat dipertahankan,  beliau harus dipindahkan ke Muntilan .

Ditengah kelemahan fisiknya erupsi Gunung Merapi menjadi momok bagi saya untuk berjuang mengevakuasi beliau ke kota lain. Namun, tidak ada kendaraan yang berani, sehingga saya hanya bisa memasrahkan kehidupannya di dalam tangan PenciptaNya. Ternyata beliau masih diberikan kesempatan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan suatu operasi besar karena "pen" di kakinya ke luar dan menimbulkan nanah. Perjuangan terakhir yang harus dilaluinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun