Namun, apa yang direncanakan,  Justru sebaliknya terjadi.  Pada  bulan Juli 2021, ketika gelombang kedua Covid 19 itu merebak, bahkan meningkat dengan tajam.
Kehidupan yang tadinya penuh harapan dan semangat bahwa covid akan berakhir, tiba-tiba berubah total.
Menyedihkan bahkan boleh dibilang sangat "horrible"/menakutkan karena satu persatu teman terdekat dipanggil Tuhan. Â Ketua ex pramuka yang begitu antusias itu tiba-tiba juga sakit dan terpapar covid dan meninggal.
Berturut-turut teman dalam satu komunitas ada tiga orang yang dipanggil Tuhan. Â Setiap kali saya mendengar kabar berita buruk, hati saya selain sedih, juga saya selalu bertanya kepada Tuhan kapan covid ini akan berakhir.
Didalam keterpurukan dan kesedihan, suasana mencengkam karena kami benar-benar melakukan prokes ketat, tidak ke luar rumah jika tidak perlu.Â
Suasana hati yang gundah gulana itu harus dibangkitkan kembali. Ada sejumlah kegiatan belajar  tentang kepenulisan dan rohani makin intensif dilakukan secara online.
Setiap hari diberikan kesempatan untuk bisa bertatap muka dengan teman secara online merupakan anugerah bagi saya untuk bisa meningkatkan , membangkitkan  suasana hati yang gundah .
Sedikit demi sedikit saya mulai memahami dan mengevaluasi apa yang kita rencanakan itu tidak selalu mulus dan lancar saat Covid. Â Rencana itu boleh saja dibuat dengan sempurna, tetapi pada akhirnya harus diserahkan kembali kepada PenciptaNya agar tetap bisa terlaksana. Â Â
Menutup tahun 2021 dengan doa dan harapan dan semangat agar pandemi dengan varian covid baru Omikron ini tidak menyebabkan hal-hal yang jelek seperti gelombang kedua. Â Tetapi kami masih diberikan kesempatan untuk mengisi kehidupan sesuai dengan kesempatan yang diberikan.
Â