Ekspresi  beberapa  ibu menunjukkan kegembiaraan luar biasa  melihat anaknya sudah bisa sekolah  tatap muka.
Selama hampir dua tahun para ibu merasakan betapa sulitnya menjadi ibu sekaligus jadi guru di rumah. Â
Bagaimana tidak?  Selama dua tahun anak yang harus belajar online itu hanya bisa mendengarkan  pelajaran maupun tugas dari ibu guru melalui via online.Â
Mereka tak bisa bertanya langsung kepada guru  atau menampakkan muka tidak paham, sehingga guru bisa bertanya kepadanya.  Komunikasi  hanya satu pihak yang menyampaikan  adalah guru dan pihak yang lain menerima tanpa bisa menanggapi.Â
Tugas selanjutnya adalah ibu yang membimbing anak.
Walaupun pembukaan sekolah  tatap muka itu dengan sangat terbatas. Jumlah muridnya hanya 50% dari total murid, jika jumlah  murid ada 40, berarti yang boleh sekolah hanya 20 saja.Â
Sedangkan sisanya yang 20, belajar online di rumah.  Juga  jadwal tatap muka hanya dua kali dalam seminggu bergantian sesuai dengan kelompoknya.
Begitu juga prokes ketat tetap diterapkan, sebelum jam pelajaran dimulai mereka harus cuci tangan dan menggunakan masker. Â Duduknya di kelas berjauhan, satu bangku untuk satu anak.Â
Bahkan ada bangku dihalangi  penutup plastic tinggi sehingga  teman sekolah di sebelah kiri maupun kanan tidak bisa langsung menyapanya.
Metode apa yang disukai para ibu untuk pelajaran sekolah anaknya?
Tentu Sebagian besar para ibu menginginkan metode pembelajaran anak seperti semula yaitu tatap muka. Alasan yang dikemukan adalah dengan tatap muka  , proses pembelajaran , penugasan mudah disiapkan, diatur , dinilai .  Â
