Nach  hobi saya sekarang ini justru membersihkan barang . Saat  saya melihat  buku-buku yang telah lama tak tersentuh, saya merasa  sedih karena buku ini sekedar jadi buku pajangan saja.
Sebagian besar saya berikan kepada orang-orang yang menyukainya. Tetapi Sebagian besar juga diberikan kepada taman bacaan yang membutuhkan untuk buku seri Bahasa inggris dan buku seri Poldi, Mengapa begini mengapa begitu (untuk anak saya).
Sedangkan buku-buku milik saya pun sudah mulai sedikit jumlahnya
Suatu Ketika saya mendapat inspirasi dari seorang anak muda yang mengadakan webinar  , merupakan inspirasi dari sebuah buku "How to be  A Minimalist".
Dari buku itu saya mengetahui jelas bahwa gaya hidup minimalist itu  cukup sederhana saja, tidak berlebihan.  Umumnya mementingkan kualitas ketimbang kuantitas.  Apa yang kamu butuhkan, hanya rumah, lalu tempat tidur, tempat makan, piring dan segalanya, kursi, dan cukup satu atau dua buku saja.
Terkejut dengan pandangan seperti itu.  Kenapa hidup minimalist itu jadi suatu panutan di zaman sekarang .
Ternyata ada makna lebih dalam bahwa hidup minimalis itu mencukupkan denga napa yang ada, bukan dengan yang tidak ada. Â Ketika tiba waktunya, kita akan pulang dan tidak membawa apa-apa. Merelakan barang-barang untuk dipakai atau dimanfaatkan oleh orang lain.
Ketika hidup minimalist diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sungguh akan lebih menyenangkan.
Lalu, mulailah saya mulai menyingkirkan semua barang yang sudah tak saya butuhkan, satu persatu sudah pindah ke ruang gudang yang juga akan berpindah tangan kepada tukang loak atau kepada orang yang membutuhkan.
Sekarang ini saya bukan pengkoleksi barang lagi. Saya minimalist karena hidup saya mulai saya arahkan kepada hidup minimalist.
Sisa barang yang saat ini adalah bagian dari barang koleksi yang sudah tidak dianggap lagi koleksi.