Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Transportasi Publik Berbasis Listrik, Wujudkan Kota Ramah Lingkungan

20 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 21 Januari 2021   17:11 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi Masa Depan. Sumber: dokpri

Bagaikan benang ruwet apabila antara komitmen pemerintah pusat, daerah di satu sisi ingin menegakkan transportasi yang ramah lingkungan tapi tidak membenahi dengan serius, tapi sisi lain publik diminta untuk segera berpindah dari transportasi ramah lingkungan yang belum tuntas.

PT. TransJakarta:

Pada tahun 2000, ex gubernur DKI Pak Sutiyoso sempat mengatakan: "Jika Jakarta seperti ini, beberapa tahun ke depan Jakarta akan macet total".

Ide gubernur Sutiyoso ini ditindaklanjunti dengan menghubungi sebuah Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) untuk melanjutkan proses. Konsep awal dibuat oleh PT. Pamintori Cipta, konsultan transportasi bekerja sama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Pada tahun 2004 diluncurkanlah TransJakarta meniru  transportasi Bus Rapid Transit (BRI)  dengan sistem Trans Milenio (meniru di Bogota).

Dirancanglah jalur lintasan sepanjang 230,9 km, 243 stasiun BRT atau halte yang tersebar di 13 koridor berporasi dari pukul 05.00 hingga pukul 22.00. Jika bus biasanya berhenti di sebelah kiri jalan, Transjakarta berhenti sebelah kanan, dan ketinggiannya mencapai 1.2 meter.

Konsep untuk mengurangi kemacetan di Jakarta dengan public transport yang disebut TransJakarta belum juga berhasil.  Animo public belum begitu besar.

Tidak ada alasan jelas, tetapi beberapa alasan pribadi menyatakan haltenya jauh dari kantor dan rumah tinggal yang seharusnya ditempatkan di tempat strategis, bahkan waktu tunggunya sangat lama, begitu datang bus TransJakarta sudah penuh total.

Dilemanya, belum ada animo warga, tapi Pemerintah harus mengikuti  Paris Agreement  yang mana ketentuan untuk pengurangan emisi yang ditimbulkan oleh asap dari energi bahan bakar fosil oleh TransJakarta.

Fakta yang ada di sekitar kita:

  • Warga yang tidak merokok tinggal di Jakarta, paru-parunya kotor karena polusi.
  • Tahun 2012 Sektor transportasi menyumbang 46% total emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan Jakarta.
  • Total Km Tempuh tahun 2019 unit Transjakarta sejauh 24.442.734 km dengan konsumsi solar sebanyak 14.474.131 liter.
  • Untuk menanam satu pohon mangga untuk emisi gas yang dihasilkan setiap kali melakukan perjalanan sejauh 1.500 kilometer dengan sepeda motor atau 8.000 kilometer dengan bus.
  • Jika kita melakukan perjalanan sejauh 20 kilometer menggunakan mobil setiap hari, kita akan menghasilkan 1.300 kilogram CO2 per tahun.

Demi tekanan itu, pemerintah pun ingin mentransformasi bahan bakar TransJakarta dari bahan energi fosil ke listrik.  

Tentunya tidak mudah bagi TransJakarta untuk menerapkan hal ini. Mereka harus menyiapkan operator yang sanggup untuk memfasilitasi APD, punya infrastruktur untuk pengisian energi listrik, pengemudi yang punya sertifikasi khusus untuk pengemudi bus listrik, juga harus punya infrastruktur khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun