Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Inspiratif Pendiri Blue Bird, "Sang Burung Biru"

30 Oktober 2020   16:24 Diperbarui: 30 Oktober 2020   16:29 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.bluebirdgroup.com

Bu Joko menjawab dengan lugas: "Pekerjaan ini halal dan rezeki dan berkah kita juga bersih. Hidupmu akan lebih ringan bila segala yang kau dapatkan dengan ridha Allah!"

Sayangnya, dagang batik door to door itu tak dapat berlangsung lama. Penolakan teman-temannya untuk beli batik karena dianggap mahal di saat resesi.

Akhirnya, Bu Djoko mengumpulkan anaknya Chandra dan Purnomo: "Kita tak jualan batik lagi. Tapi ibu akan cari jalan lain.  Ibu akan berjalan telur", jawabnya dengan mata yang bersemangat dan tak pernah memperlihatkan kesedihan.

Naluri Bu Djoko memang benar, pasokan telur yang disalurkan ke pengusaha catering, hotel-hotel, kaki lima itu mulai lancar.  Bu Djoko mencari pemasok telur terbaik di Kebumen.   Setiap dua hari sekali, pemasok mengirimkan telur  dan langsung telur yang telah dipesan pedagang disalurkan pada hari yang sama.

Bu Joko selalu mengingatkan anak-anaknya : "Jalan lapang dan terang bila kita jalankan usaha dengan kejujuran!".

Anak-anaknya sudah terbiasa jadi pelayan untuk mengurus bisnis telur yang bergulir lancar. Bahkan, suatu hari Ibu Djoko dihadiahi 1 bemo dari Departemen Perindustrian. Bemo itu dibuat mengangkut telur pagi hari, sore hari dipakai untuk transportasi umum.   Anaknya, Chandra akan menarik bemo, Purnomo jadi keneknya.

Dua Mobil jadi Peluang:

Hadiah yang tak pernah dipikirkan datang dari Pemerintah untuk mendiang suaminya, Dua mobil, Fiat itu jadi gagasan bagi Bu Djoko untuk usaha taksi. Awalnya, dia berpikir kenapa harus takut jalankan usaha taksi?  Tiap kali jalankan usaha baru dia tak pernah menguasai satu hal . Dia tak ingin jadi orang yang kalah sebelum berperang.  

Dia selalu berpikir objektif  menilai kemampuannya, si "Burung Biru" mengajarkan dirinya bermimpi, berharap  setinggi mungkin.  Setiap usaha mengajarkan dirinya nilai-nilai hidup. Nilai hidup pertama keuletan , membentuknya tangguh hadapi kesulitan, selalu jadi penolong dirinya sendiri saat jatuh.Nilai keduaada perasaan positif dia pergi ke Jakarta dengan semangat ingin hidup  berarti, hidup pasti berubah, masa depan pasti cerah.  Nilai hidup  ketiga niat yang baik, diarahkan pada tujuan dengan cara yang baik. Nilai keempat komitmen,  melayani dengan baik dengan kejujuran, kesantunan, disiplin, tekad memberi yang terbaik.

Dengan semua nilai itu , Bu Djoko menciptakan bisnis taksi .  Tak mudah ,karena saat itu taksi gelap banyak sekali. Mereka anggap bisnis bu Djoko menghalanginya. Seringkali supir taksinya pulang babak belur karena dihadang pesaingnya.

Komando pun segera diberikan, Bu Djoko terus mengembangkan rasa nyaman kepada pengemudi taxi.   Dia juga tak berhenti dari dua taxi, dia mendapatkan ide untuk pinjam mobil dari koleganya untuk dibuat bisnis.

Pelayanan yang baik, pengemudi yang sopan jadi bisnis taksi yang diimpikan oleh penumpang.  Ketika Bu Djoko ingin memperluas bisnisnya jadi 100 taxi, dia harus punya izin operasi.    Tiap kali dia datang untuk mengajukan izin operasional, selalu ditanya, berapa jumlah taxi yang dimilikinya?  Kenapa Ibu sebagai perempuan berbisnis taxi (dianggapnya bisnis taxi hanya untuk lelaki).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun