Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dilema "Work from Home" Berlanjut Setelah "New Normal", Disrupsi Keputusan Perusahaan

26 Mei 2020   18:52 Diperbarui: 27 Mei 2020   17:35 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paling penting lagi adalah ketika karyawan harus kerja di rumah, segala biaya listrik, internet, apakah akan dibebankan kepada kantor.  Memang di satu sisi, perusahaan punya dalih, bahwa perusahaan tidak bisa mengkompensasi keperluan listrik tiap karyawan karena dia tetap punya biaya tetap , sewa kantor umumnya dilakukan jangka panjang (long term), tidak dilakukan short term/jangka pendek.

Bagaimana suara para pekerja?

Bisa saja perusahaan melakukan pola baru untuk para karyawannya dengan WHF.  Tapi apa jadinya apabila para karyawannya merasa tidak "happy " karena bekerja WHF itu tidak sama bagi setiap karyawan.

Jalan satu-satunya untuk memutuskan apakah perlu diteruskan WHF atau tidak, mulailah dengan adakan survei kepada seluruh karywan.

Dengan survei, akan mendapatkan gambaran yang tepat apa yang diinginkan oleh karyawan.

Ada surprise dari sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan teknologi OWL Labs berjudul State of Remote Work 2019.   OWL  dilakukan kepada 1.200 pekerja dengan perbandingan 62 persen pekerja jarak jauh dan 38 persen pekerja di kantor.

Hasilnya adalah pekerja yang menginginkan bekerja jarak jauh masih besar dibandingkan dengan mereka yang harus bekerja di ruangan.  42% pekerja jarak jauh itu ingin melanjutkan pola kerja jarak jauh .

Sementara 19 persen pekerja di kantor yang terpaksa harus bekerja di kantor, itu juga menginginkan pola jarak jauh.

Alasan para responden itu menginginkan bekerja jarak jauh ternyata beragam. Ada yang mengatakan ingin bekerja seimbang.  Lainnya , untuk seimbangkan dalam mengurangi stress karena kemacetan dan mengurangi stress pekerjaan.

Hanya masih ada permintaan dasar dari para pekerjaan itu yaitu perusahaan harus memberikan kompensasi permintaan kesehatan dan kompensasi dasar (listrik,internet)

Bagaimana suara para manajerial?

Ternyata para manajerial pun ingin mengutarakan suaranya.  Walaupun mereka itu sudah terbiasa dengan pelatihan untuk bekerja secara mandiri, tetapi yang jadi masalah adalah jawaban dari timnya yang tidak terlihat kasat mata itu dapat dipercaya atau tidak.  

Kadang-kadang komunikasi efektif itu hanya sekedar dengan apa yang terlihat, tidak bisa melihat apa yang tidak terlihat.  Apalagi jika tim kerjanya itu tak memperlihatkan hasil kerjanya dengan tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun