Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian Pun Dijadikan Komoditas Bisnis

17 Februari 2020   18:17 Diperbarui: 17 Februari 2020   18:23 2686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Gerbang Grand Heaven-Dokpri

Siklus kehidupan manusia yang alami adalah, lahir, tumbuh dewasa, bekerja, menikah (optional), tua dan meninggal , tapi  ada juga yang meninggal di usia muda.

Meninggal adalah siklus terakhir dari manusia yang tak pernah bisa dihindari oleh siapa pun.  Kematian itu menjadi misteri bagi manusia sendiri. 

Khususnya bagi mereka yang beragama non-Islam (Buddha, Katolik, Kristen, Hindu),  setelah  kematian seseorang, masih ada proses yang  masih tetap dilakukan untuk  penghormatan kepada keluarga yang ditinggalkan.

Penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan dilakukan dengan meletakkan jenazah di tempat "Rumah Duka" selama beberapa hari.   Mereka mengadakan seremoni keagamaan atau adat.  Para anggota keluarga, handai taulan berdatangan untuk ikut menghadiri seremoni atau acara adat yang diadakan.   Paling singkat 2 hari, paling lama bisa hampir 9 hari.

Rumah Duka jadi pilihan utama dari keluarga yang anggota keluarganya meninggal.  Khususnya bagi mereka yang  punya uang karena  membayar biaya Rumah Duka itu cukup mahal. 

Jadi mereka tidak mau repot dengan urusan pernak-pernik mulai dari urusan  ambulans (dari tempat meninggal ke tempat sewa tempat), sewa tempat, memandikan jenazah, peti, peralatan untuk jenazah (lilin, meja kecil dan sebagainya), termasuk snack untuk pengunjung yang hadir sampai tempat terakhir pemakaman atau kremasi. Semua ini diurus oleh Rumah Duka.   Yang pasti biayanya Rumah Duka itu lumayan mahal buat kantong orang yang sederhana .

Ternyata bisnis rumah duka di mana pun di Indonesia menjadi tempat yang paling laris . Faktor pertama, bisnis yang tidak kenal naik turun tren karena jumlah orang meninggal itu pasti ada setiap harinya.  Faktor kedua Paling laris karena tidak mungkin merugi.  

Bayangkan, semuanya dihitung dengan detail oleh pemberi jasa tanpa kita diketahui berapa harga dasarnya oleh yang pengguna jasa. Tidak ada tawar menawar bagi pengguna jasa. Bahkan, ada kepercayaan tertentu yang mengatakan bahwa "tidak elok untuk menawar jasa kematian karena hal itu harus diterima apa adanya ". 

Jadi pengguna jasa harus memilih dan menerima harga paket yang ditawarkan oleh Rumah Duka.  Rumah Duka yang bertebaran di Jabotabek itu lumayan banyak jumlahnya, sekitar 19. Masing-masing punya kategori yang berbeda-beda.

Ada yang menyediakan tempat sewa yang sederhana tanpa AC, blok kecil dan sempit, tetapi ada pula yang menyediakan tempat sewa super mewah, dengan AC dan ruang tertutup kedap suara, peti duka, ambulans, kremasi (full AC), pemakaman , pelarungan dengan speedboat , catering, free Wifi.

Bahkan, yang pernah penulis kunjungi tempat Rumah Duka Mewah. Grand Heaven, yang telah masuk sebagai kategori tempat duka terlengkap fasilitasnya oleh Muri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun