Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelabunya "Valentine", Ditinggal Mantan

13 Februari 2020   15:06 Diperbarui: 13 Februari 2020   17:44 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar lagi tanggal 14 Pebruari itu tanggal  indah, "Valentine" yang tak pernah terlupakan sama sekali dalam hidupku.  Sering teringat masa-masa tempo dulu yang sungguh tak pernah dilupakan dan penuh dengan sweet memory.

Wah, setiap orang pasti tahu dong, gimana rasanya jatuh cinta pertama kalinya.  Inget lagu Jatuh Cinta ciptaan Titik Puspa.   Liriknya   "Jatuh Cinta Berjuta rasanya. Biar siang biar malam terbayang wajahnya. Jatuh Cinta berjuta indahnya. Biar hitam biar putih manislah nampaknya.......".

Serasa dunia hanya milik berdua saja, itu benar adanya.  Ketika saya masih muda banget, saya ikut sebagai anggota  dalam grup pramuka.   Kategorinya penggalang karena anggotanya seumuran.   Nach ketika kami  berencana untuk camping di Ungaran,  ada salah satu adik Pembina saya , bernama  Rianto (nama samaran), ingin bergabung dengan kami.   

Rianto, usianya memang lebih tua dari saya 2 tahun.  Meskipun kami belum kenal banget dengan Rianto, tapi karena orangnya sangat supel dan mudah beradaptasi dengan grup kami, maka Rianto bisa  langsung diterima.

Saat kami camping,  memasaknya seperti  zaman kuno,  buat kompornya dari kayu dan arang, sampingnya ada batu bata untuk penyanggah panci dan wajan.  Nach, saya ditugasin masak , benar-benar bingung di rumah ngga pernah masak, harus masak.  Mungkin kebingunganku ditangkap oleh Rianto. Dia itu sigap datang menghampiri dengan membantu dengan racikan bumbu-bumbu yang sudah disiapkan.  Dalam hatiku: "Nich, cowok kok bisa masak yach?  Aku sendiri gagap masak?"     

Sambil masak, ngobrol ke sana kemari tak terasa tuch masakan sudah siap dan langsung, semua teman-teman yang sudah menunggu  masakan langsung menyerbu karena kelaparan.  Kami  makan bersama-sama.  "Wah ini masakan enak!" celetuk temanku.

"Siapa dulu yang masak?" jawab Rianto secepatnya tanpa malu-malu, sambal telunjuk jari tangannya menujuk kepada diriku.

Wah aku malu berat, loh, dia yang lebih pintar kok dibilang aku.

Besok paginya, kita pagi-pagi itu berjalan kaki dari tempat camping, sambal latihan tentang sandi-sandi, kami menyusuri sawah.   Siwarak, tempat yang cukup tinggi dari permukaan laut, udaranya dingin.  

Sinar matahari yang panas itu mulai muncul diufuknya.  Mulailah  rasa cape karena kepanasan itu sangat terasa.  Tapi buat saya yang selalu didampingi oleh Rianto disamping saya , perjalanan itu sangat menyenangkan. Sembari cerita, tertawa dan kadang-kadang disertai kekesalan karena kerikil kecil yang masuk dalam sepatu .

Rupanya saling jatuh cinta diawali di Siwarak itu berlanjut.  Tiap malam minggu, aku tak lagi jadi jomblo karena ada yang apel.  Di zaman itu kita tidak boleh bepergian malam-malam. Seringnya, kita hanya nonton bioskop .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun