Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resolusi 2020 Menggebu di Awal, Melorot di Tengah Tahun

6 Januari 2020   22:17 Diperbarui: 6 Januari 2020   22:19 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifestyle okezone.com

Sebelum tahun baru 2020, banyak anak milenial, blogger, influences atau siapa pun pengin sekali punya resolusi 2020.  Awalnya ada yang belum mengetahui apa itu resolusi.  Mereka yang belum sadar itu, hanya mengintip di media social kenapa banyak teman-temannya punya resolusi.  Lalu, dia pun ikut-ikutan membuat resolusi . Contohnya dia pengin gajinya naik di tahun 2020.

Dalam KKBI dituliskan bahwa resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.

Resolusi yang saya lihat di media sosial twitter,  "sekarang kalo nonton milan mau tak biasakan istighfar aja daripada misuh";    "Rasa sakit/luka adalah racun yang sangat berbahaya dan bisa membunuh. Mempertahankan rasa sakit di hati adalah tindakan penghancuran diri";   Sering teman di usia 20 s/d 35 tahun membuang waktu menikmati kehidupan. Hey. Anda belum sampai di punck bro";   Persiapan menuju puncak #TumpengKehidupan adalah usaha yang benar2 serius alias GAS-POL. Jangan membuang2 waktu semenitpun";   Ganti tahun tapi tidak ganti status.  Resolusi kerja nyata masih jadi pengangguran".

Hampir sama dengan twitter yaitu di Instagram,  contohnya,  rajin masak ngga Cuma nyimpen resep doing;  Lunasin kredit panci dan no utang-utang lagi;  buka rekening tabungan akherat;    Tahun ini gua ingin wisuda.

Dari sekian banyak resolusi yang dibuat hampir 80% tidak mempunya tujuan spesifik apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya dan berapa lama mencapainya.  Rata-rata apa yang diberikan hanya sekedar apa yang diingatnya saja.

Ketika bulan pertama masih ingat apa yang diutarakan, tapi menjelang bulan kedua dan ketiga,  motivasi untuk mencapai resolusi itu ternyata makin mengendur.    Alasannya mungkin lupa dan semangatnya sudah luntur. Bahkan,  sebagian besar 80% resolusi yang dicatat itu hanya tinggal sebagai catatan, tidak dilakukan sesuai dengan apa yang dijanjikan pada diri sendiri.

Tujuan utama membuat resolusi adalah plan atau rencana kerja yang menjadi prioritas penting untuk tahun 2020.  Misalnya tahun ini saya ingin membeli kulkas dengan harga Rp.5 juta.   Untuk mendapatkan dana Rp.5 juta itu saya menabung Rp.500,000 sebulan, artinya dalam 10 bulan saya mendapatkan uang RP.5 juta . Bulan Oktober 2020, saya akan membeli kulkas dengan merek A seharga Rp.5 juta.

"Mumpung"  awal tahun masih berjalan 6 hari, sebaiknya kita ubah resolusi kita dengan pola yang benar.   BErpikir keras untuk menentukan apa prioritas utama untuk tujuan yang ingin dicapai di tahun 2020.   Resolusi itu harus memiliki   "SMART "adalah singkatan dari  Specific  , Measurement, Achievable, Relevant, Time Oriented.

Spesific berarti  resolusi itu harus spesifik bukan angan-angan, misalnya saya mau lebih belajar lebih giat (harus lebih jelas dan spesifik, belajar apa ?)

Measurement berarti menjawab pertanyaan "bagaimana caranya kita dapat mencapai ekspetasi kita baik dari segi kuantititas, kualitas, frekuensi atau biaya dan jatuh tempo).   Misalnya  saya ingin beli mobil seharga Rp.180 juta sedangkan gaji saya hanya Rp.5 juta.  Kita harus ukur berapa kemampuan untuk bisa mencapainya. 

Achievable berarti apakah orang ini sanggup melakukannya?  Apakah punya pengalaman, pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi harapan?  Contohnya kita ingin jadi menteri muda, tetapi kita tak punya kemampuan untuk memenuhi kriteria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun