Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Anak Jepang Gemar Baca Ketimbang Main Gadget

3 Desember 2019   15:36 Diperbarui: 4 Desember 2019   15:41 2255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pribadi dari WA

Lihat foto ini dengan cermat! Anak-anak Jepang yang sedang berada di bandara di Thailand, mereka duduk menggeletak di ubin tanpa kursi, membaca buku di tangannya.  Kelihatannya asyik sekali. Tidak tampak anak yang menggapai gadget sama sekali.   Kenapa mereka justru membaca buku ketika menunggu pesawat ketimbang main gadget yang sering dilakukan anak-anak di Indonesia?

Budaya baca sejak kecil:
Saya sempat terkesima bagaimana cara mendidik anak-anak untuk mencintai buku. Jika orang dewasa, mungkin masih gampang untuk bisa mencintai buku karena mereka butuh pengetahuan atau tugas untuk membacanya. Tapi untuk anak-anak jepang itu apa daya tariknya membaca?

Satu hal yang sangat penting ketika saya mengetahui bahwa di Jepang itu sejak anak masih dini baik itu di TPA atau Taman Kanak-kanak, sudah diperkenalkan dengan buku.   

Mereka dididik untuk mencintai buku dengan cara membacakan buku tiga kali dalam sehari.   Anak-anak tidak diharuskan untuk membaca buku dan lancar membacanya, tetapi guru atau orangtua harus membacakan untuk anak-anak.   Ketika anak-anak selesai senam di pagi hari, waktunya untuk membacakan buku.

Siang hari sebelum pulang juga waktu untuk membacakan buku oleh guru.   Ketika anak akan pulang sekolah, mereka diminta untuk mengambil satu buku yang disukai (pengetahuan,  cerita tokoh, memasak oleh anak kecil dan lain-lainnya). Buku itu dibawa pulang, lalu minta kepada ibu atau ayahnya untuk dibacakan. Besoknya anak diberikan kesempatan bercerita satu atau dua kalimat tentang buku itu.

Hal ini terus berlangsung sampai anak masuk ke SMP atau SMA. Tiap hari tiada hari tanpa buku. Mereka diminta meminjam buku di perpustakaan,  tugas yang harus diselesaikan dalam satu tahun adalah 20 buku. Mereka harus membuat rangkuman apa isi buku itu.  Buku boleh dipilih apa saja, tidak ada paksaan tentang topiknya.   

Buku yang favorit memang jadi rebutan anak-anak, tetapi tidak usah khawatir dengan buku yang tersedia.  Selain di perpustakaan di sekolah, ada tempat lain seperti perpustakaan di setiap tempat dan juga di tempat publik.

Fasilitas perpustakaan yang sangat menunjang:

Keberadaan perpustakaan jadi prioritas utama dalam fasilitas di lembaga pendidikan di Jepang.  Bahkan sarana yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah, termasuk juga TK dan TPA.  Setiap hari anak-aak TK atau TPA diperbolehkan membawa buku atau pinjam di perpustakaan.  Hari tertentu boleh bawa pulang untuk meminta dibacakan orangtua.  

Bukan hanya fasilitas perpustakan sekolah,  perpustakaan di tempat  tempat publik seperti ruang tunggu dokter, apotek, stasiun pun ditemui ada perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku.   Sambil menunggu, mereka mengambil buku dan minta kepada orangtuanya untuk dibacakan.  

Buku-buk yang dikumpulkan itu adalah sumbangan dari berbagai pihak, baik dari orangtua, pemerintah atau komunitas .   Menumbuhkan minat baca terus digali, agar ana-anak itu terus makin cinta membaca.

Mengembangkan wisata baca:
Jika di Indonesia, pada akhir minggu (Sabtu atau Minggu) orang tua membawa anak-anaknya berlibur ke mall. Sambil berbelanja/window shopping, atau cuci mata, anak-anak itu juga ikut berjalan-jalan. Lalu makan di mall dan masing-masing menggengam gadget .

Tidak halnya dengan anak-anak Jepang,  justru pada week end, orang tua Jepang mengajak anak ke perpustakaan dan meminjuam buku , lalu membacakan di tempat itu.  Lau mereka bercengkerama dengan bukunya. 

Budaya membaca sejak dini di Jepang ini bukanlah hanya komitmen satu pihak saja, tetapi perlu adanay sinergi antara Pemerintah dan masyarakat yang diwakili keluarga-keluarga untuk membentuk budaya baca dan mereka jadi bangsa yang maju karena kebiasaan membaca yang tak pernah berhenti.  Pengetahuan dari buku jadi magnet anak-anak dan bukan dari gadget yang penuh dengna hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun