Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dampak Besar Ekonomi Indonesia terhadap Penandatangan RUU Demokrasi Hongkong oleh Donald Trump

28 November 2019   18:42 Diperbarui: 29 November 2019   06:02 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir 6 bulan kerusuhan Hongkong belum juga mereda.  Para demostran yang mengatas namakan pro demokrasi itu menuntut agar  ekstradisi yang dilakukan oleh Pemerintah China itu tidak dilakukan.

Hongkong memang sebuah koloni yang diserahkan oleh Inggris di tahun 1997  kepada  China. Sejak saat itu Hongkong secara otonomi memang mandiri, tetapi masih dibawah kekuasaan China. Hong Kong sering disebut dengan negara dua sistem. Memiliki otonomi tetapi tetap harus tunduk kepada China.

Berdalih untuk penyelamatan status  Hongkong Khusus ini, parlemen dan senat Amerika membuat  RUU Demokrasi Hongkong. Diharapkan dengan adanya RUU Demokrasi Hongkong perdamaian para demostrans dapat cepat terselesaikan setelah hampir 6 bulan.

Sikap politik berdampak luas baik terhadap para demostran Hongkong yang merasa dapat angin karena mendapat dukungan dari HAM Amerika Serikat.   Apalagi  Donald Trump akhirnya menyetujui untuk menanda-tangani RUU Deomokrasi Hongkong.   

Penandatangan RUU menjadi UU oleh Donald Trump justru memperburuk hubungan Amerika Serikat dengan China. China sangat berang sekali atas tindakan Amerika yang seakan mencampuri urusan dalam negeri China.

China segera urung untuk melanjutkan persetujuan untuk mengatasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat.  Perang dagang ini merugikan China karena dikenakan tariff dari beberapa produk China.   

Beberapa kali China dan Amerika Serikat mencoba untuk melakukan pendekatan untuk mengakhiri perang dagang ini . Akibat dari perang dagang Amerika Serikat dan China membuat pelambatan ekonomi makin besar.   

Di akhir tahun, sebenarnya diharapkan perang dagang dapat diakhiri, namun, sayang akhirnya China harus memulai lagi gencatan senjata untuk tetap melakukan perang dagang. Pelambatan ekonomi global menurut IMF sudah makin turun dari 3,2 % menjadi 3%. 

Ada dua faktor yang mempengaruhi perang dagang, faktor pertama adalah ekonomi  dan kedua adalah kinerja global.   Ekonomi China akan melambat dari prediksi yang sebelumnya, akhirnya mempengaruhi permintaan barang export dari Indonesia.   

Kinerja expor 2019 Indonesia akan turun baik dari segi volume dan segi harga.  Pertumbuhan export Indonesia akan turun. Pelambatan pertumbuhan ekonomi global yang terus menurun ini telah dipertegas oleh IMF, pertumbuhan ekonomi China turun dan belum bisa beralih dari pelambatan. Akhirnya mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia ke China dan secara global.

Ekonomi Indonesia di kuartal III menunjukkan kurang baik dari target yang ditetapkan.   Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 tidak mampu mencapai 5.5%.  

Belanja pemerintah juga slow down, defisit APBN makin bengkak karena target penerimaan pajak tidak tercapai. Meskipun infalsi bulan October 2019  sebesar 3,13 % lebih kecil dari tahun lalu 3,16% tetapi pertumbuhan industri manufaktur mengalami perlambatan.   Pertumbuhan hanya 4,35% yang merupkan pertumbuhan lebih rendah dari tahun sebelumnya, 5,04%.

Kinerja ekspor terpukul peraang dagang dan rendahnya harga komoditas.  Secara explisit pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 hanya menyentuh 4,7%.

Jika pertumbuhan industri manufaktur dan pertumbuhan investasi tidak bertambah, maka pertumbuhan ekonomi pun tidak dapat diharapkan akan meningkat dan target 5,01% tidak tercapai.

Catatan dari BKPM realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) kuartal III-2019 naik 17,8% menjadi Rp.105 triliun dan untuk investasi domestik mencatat kenaikan hingga 18,9%

Investasi harus terus digenjot keras agar Indonesia bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena jika mengandalkan dari konsumsi domestik dan jasa,   kontribusinya tidak cukup besar dibandingkan   nilai ekspor dan investasi yang dapat menggerakan ekonomi pertumbuhan jauh lebih cepat.

Berdasarkan tingkat kontribusi, ekspor barang dan jasa memberikan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan PDB  dibandingkan dengan kontribusi dari konsumsi rumah tangga .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun