Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hilangnya Rumah Para Seniman, Taman Ismail Marzuki Demi Komersialisasi

25 November 2019   15:23 Diperbarui: 25 November 2019   18:44 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iammorrissey.co

Jakarta sebagai Ibukota Metropolitan memang seharusnya mewadahi para seniman yang punya karya tinggi .  Kumpulnya para seniman tidak memerlukan gedung super mewah atau megah.  Yang mereka butuhkan adalah menyalurkan aspirasi dan membuat karya dan mempertunjukkannya.

Taman Ismail Marzuki (TIM) yang lokasinya berada di Jl. Cikini, itu punya sejarah panjang bagi para budayawan.    TIM adalah rumah bagi para budayawan untuk ciptakan dan expresikan seni mereka.

Sejarah panjang dari TIM  atau yang dikenal dengan TIM tempo dulu.  TIM berlokasi di Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat diresmikan oleh Gubernur Pemerintah Daerah DKI Jakarta Jenderal Ali Sadikin tanggal 10 Nopember 1968.   Untuk mengenang  jasa Ismail Marzuki sebagai komponis kelahiran Betawai dalam menicptakan lebih dari 200 lagu perjuangan. 

TIM dbangun di atas areal seluas sembilan hektar.  Awalnya sebagai tempat rekreasi umum Taman Raden Saleh. Pengunjung dapat berkreasi menikmati kesejukan paru-paru kota dan menonton sejumlah hewan.  Ada balap anjing di treck balap anjing.    Seiring waktu, tempat balap anjing itu berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi IKJ.

Bang Ali Saidikit almarhum jeli melihat keinginan  dari para seniman untuk bisa bersatu dalam satu wadah dan menyajikan karya --karya inovatif.  Pertunjukan eksperimen, dunia karyaseni sarat dengan ide.  Membuka cara berpikir dan berkreasi dengan gaya seorang seniman.   Kreator seni sempat membuka peta abaru di atas pentas, diantaranya Rendra dari Bengkel Teater Yogya .   Karya drama Rendra yang  yang jadi maestro  yaitu Drama klasik Yunai Oedipus Rex, Menunggu Godot, Hamlet.

Selain itu koreagrafer kondang Sardono W. Kusomo pun tak kalah dalam penyajian pentas tari Sangita Pancasona.   Baletrina  terkenal seperti Farida Oetojo, ikut mewarnai TIM dengan karya baletnya .  Slamet Abdul Sjukur yang bermukim di Perancis ikut  menggemparkan dunia seni melalui konser piano yang membuat penonton terpesona.

Sutradara teater Arifin C. Noer, Teguh Karya, Suyatno Anirun juga membuat karya drama  teater yang cukup mempesona.  Mengisi TIM dengan karya-karya dari berbagai seniman besar dengan indah dan artisistik.

Teater terbuka, teater tertup  berjalan ramai dan pesat.  Meskipun ramai , tetapi hasil penjualan tiketnya tidak mencukupi untuk menutupi biaya kebutuhan operasional gedung dan awak para seniman .  Defisit keuangan membuat para seniman harus menghadap kepada Bang Ali Sadikin.   Namun, salah satu seniman besar, Taufiq Ismail mengingatkan kepada Ali Sadikin bahwa dia membaca sepotong berita di  koran New York Times yang melaporkan kegiatannya juga mengalami defisit sampai 40%. Gubernur New York mengatakan tidak apa-apa defisit. Memang demikian untuk urusan kesenian. Jadi akhirnya, Bang Ali menyetujui jika  TIM pun mendapatkan dana bantuan atau subsidi dari APBD DKI untuk tetap bisa beroperasi.

Sayang seribu sayang bahwa tempat bersejarah bagi para seniman itu harus terjual habis karena harus direvitalisasi .  Anies Baswedan selaku Gubernur Jakarta telah menyerahkan revitalisasi pembangunan TIM kepada PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) yang memakan biaya hammpir RP.1,8 Triliun.  Revitaslisasi ini bukan besar anggarannya saja, tetapi mereka akan membangunan gedung mewah seperti hotel, pusat kuliner, galeri seni dan ada tempat untuk publik.  Anies mengatakan bahwa pembangunan ini akan membuat TIM menjadi pusat kebudayan di dunia.

Ground breaking sudah diadakan pada bulan Juni yang lalu, diharapkan Juni tahun depan akan selesai. 

Kesedihan yang sangat besar menyelimuti semua awak seniman yang sangat tergugah  apakah masih ada waktu menggugat hilangnya  Teater, Arena, Wisma Seni , Ruang tempat para seniman akrab berdiskusi.  Apakah semuanya ini akan digantikan oleh Gedung Hotel berbintang lima yang menjulang tinggi dengan segala bentuk komersialnya.  Pengelolaannya akan bergaya bisnis dan gaya hitung dagang .

Para seniman ini sebenarnya sudah berkumpul dan mengundang  Bapak Gubernur yang terhormat. Sayangnya yang hadir justru seorang perwakilan dari Jakpro yang notabene tidak bisa memberikan keputusan atau komitmen apa pun kepada para seniman.

Oleh karena itu para seniman yang sedang galau itu tak punya kesempatan lain selain mengecam keras dan memberikan peringatan dan pernyataan untuk disampaikan kepada Sang Gubernur.

Berikut ini adalah isi dari "Pernyataan Cikini"

Bersama ini,

Kami seluruh seniman dan seniwati Taman Ismail Marzuki menyatakan dengan tegas,

MENOLAK:

  • Pelibatan Jakpro dalam mengurus atau mengembangkan seluruh fasilitas/isi kompleks Taman Ismail Marzuki.
  • Jika revitaslisasi dalam bentuk apa pun tidak melibatkan secara langsung pendapat dan atau kerja para seniman dan seniwati yang ada di dalamnya
  • Upaya pembangunan dalam ruang kebudayaan yang luas, termasuk membangun manusia unggul, tanpa pemahaman komprehensif dan sosialisasi di kalangan yang adekuat makna kebudayaan yang sebenarnya.

Jakarta 20 Nopember 2019

Mewakili seluruh aktivis Taman Ismail Marzuki

Radhar Panca Dhana

(beserta seluruh seniman yang hadir di ruang PDS HB Jassin al.Mogan Pasarribu, kll. Berikut tanda tangan masing-masing).

Para seniman itu harus bersatu padu dalam memperjuangkan aspirasinya untuk masa depan TIM agar cagar budaya ini tidak punah menjadi tempat komersial yang tidak punya arti apa-apa bagi para seniman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun