Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika "Volunteerism" di Bali Bukan Sekadar Jadi Sukarelawan Saja

18 September 2019   18:14 Diperbarui: 18 September 2019   18:19 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.ci.healdsburg.ca.us

Begitu banyak orang asing yang mendambakan datang ke Bali karena slogan yang sering didengungkan bahwa Bali adalah "Surga" dunia. Ketika orang asing itu mendengarnya dan mencoba untuk datang ke Bali, ada banyak motivasi yang mereka sandang ketika mengunjungi Bali.

Motivasi yang sangat kental saat ini adalah sebagai "volunteerism". Mungkin masih terdengar asing bagi kita semua. Tapi kita tidak boleh terkeceoh dengan tren yang sedang terjadi saat ini.

Secara sederhana,  volunteerism itu tujuan utamanya adalah untuk berwisata, sambil wisata ada pengalaman untuk menjadi sukarelawan. Sebagai contohnya ketika mereka datang ke Bali untuk berwisata, tetapi  menyempatkan diri beberapa jam atau hari dari wisatanya untuk mengunjungi ke yayasan atau panti asuhan  untuk mengajar atau bermain dengan anak-anak.

Meskipun kita menyadari bahwa niat awalnya memang untuk membantu warga lokal  yang memerlukan, tetapi sebenarnya  niat itu punya hal yang tidak baik bahkan akan merugikan bagi warga lokal itu sendiri. Perusahaan atau organisasi yang tidak resmi pun bertaburan untuk mencuri pekerjaan dari warga lokal dan beberapa isue yang merugikan bagi warga lokal.

Apabila mereka tetap ingin membantu warga lokal dengan bekerja sukarela, ada hal-hal penting yang harus mereka penuhi sebelum mereka melakukannya.

Sadari sebelum Anda pergi, Sukarelawan di Indonesia merupakan hal yang illegal:

Bekerja sebagai sukarelawan di Indonesia merupakan kejahatan karena begitu Anda masuk ke negara dengan visa turis (pasal 38 dan pasal 122).

Apabila Anda berhati mulai untuk membantu komunitas lokal, katakanlah untuk bantuan pendidikan, atau yang lainnya. Anda dapat dikenakan hukuman penalti dengan membayar ratusan ribu rupiah, atau yang terburuknya anda akan dipenjara, walaupun Anda bekerja sukarela tidak dibayar sepeser pun.

Alasan utama di balik larangan tersebut adalah pekerjaan sukarela itu sering disalahgunakan oleh pekerja illegal untuk masuk ke suatu negara dan mengambil pekerjaan dari warga lokal yang punya skill sehingga mereka akan kehilangan pekerjaannya.

Untuk menghindarinya, Anda harus  datang ke Indonesia dengan visa yang tujuannya "Sosial budaya" atau Social Visit atau  "Work and Study Visa".

Membantu anak yatim piatu sebenarnya  merusak keluarga nyadan berkontribusi untuk penyalahgunaan anak-anak:

Perlu diketahui bahwa hampir 90% anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan di Bali itu bukan anak yatim piatu. Hanya ada 6 anak yang benar-benar yatim piatu, sisanya adalah anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya di yatim piatu. Dengan iming-iming bahwa anak itu dipinjam dari orangtua dengan janji nanti hidupnya akan lebih baik. 

Suatu fakta terjadi  dengan panti asuhan Joie O'Seha  di Bali. Di panti asuhan itu, banyak anak yang orangtuanya berasal dari Sumba. Anak-anak itu ditinggalkan oleh orangtuanya  dan  ditempatkan di panti asuhan dengan maksud semakin banyak anak yang tinggal di panti asuhan, maka yayasan akan memperoleh banyak bantuan baik dari swasta maupun pemerintah. Ini menguntungkan bagi pengurusnya.

Yang paling menyedihkan jika anak-anak itu pun mudah dijual atau diadopsi bahkan dijadikan pekerja seksual di tempat lain. 

Perusahaan atau agen wisata yang melakukan volunteerism  jarang sekali mengecek kebenaran dari panti asuhan itu apakah latar belakang dan apakah tujuan dari yayasan itu didirikan. Bagaimana dengan nasib anak-anak yang ada di sana. Benarkah mereka dijadikan korban dari kedok dari suatu yayasan yatim piatu saja.  Yayasan itu apakah melakukan penyalahgunaan baik secara sexual atau fisik terhadap anak-anak di dalamnya.

Bagi yang masih tertarik untuk berwisata dan jadi sukarelawan, harus melakukan riset dari organisasi atau yayasan yang menaungi bantuan untuk anak-anak itu.   Diharapkan bahwa anak-anak yatim piatu itu benar-benar tidak punya orangtua sehingga mereka tidak terjebak dalam perdagangan anak. Berikan kepada NGO yang terdaftar saja dan bantulah melalui mereka saja tanpa menyentuh kepada anak-anak.

Sukarelawan jangka pendek  bukanlah yang diperlukan oleh komunitas:

Jika Anda berpikir bahwa Anda dapat menolong dalam jangka waktu panjang dengan skill yang benar-benar ada, maka diharapkan skil itu dapat membantu anak-anak yang miskin yang memang memerlukannya.

Apa yang dibutuhkan oleh anak-anak itu adalah bukan sekedar mengajar mereka dalam bahasa inggris karena mereka pun belum menguasai bahasa lokalnya sendiri.  Jika kebutuhan yang sangat mendesak misalnya mereka yang orangtuanya tidak punya rumah, bisa dibantu dengan pembuatan rumah sederhana daripada sukarelawan datang ke tempat itu dengan suatu persepsi yang berbeda.

Sukarelawan asing juga melihat dari perspektif warga lokal . Jika mereka datang hanya sekedar melihat kekurangan dan bahkan mendisrupsi sendi kehidupan mereka, hal itu tentu tidak bermanfaat sama sekali.

Untuk mendaftar sebagai sukarewan asing, sebaiknya berpikir matang, apakah kunjungan saya itu memang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan warga lokal .  Jika Anda bisa membantu untuk meningkatkan ekonomi dengan memberikan program jangka panjang, ini lebih bermanfaat bagi warga lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun