Menikmati udara segar  di Jakarta yang kita hirup baik di pagi, siang, maupun sore atau malam hari itu merupakan suatu kemewahan. Hal ini terjadi seperti saat dua minggu jelang dan saat lebaran. Sehat dari polusi karena tidak ada kendaraan baik itu motor, bus, atau mobil.Â
Namun, kondisi Jakarta yang sangat lengang itu sudah lewat, sekarang ini kondisinya normal kembali. Kembali ke normal artinya kemacetan yang kita alami. Melihat kemacetan berkilometer dari mulai jalan protokol hingga jalan kecil. Â
Berdasarkan pemantauan AirVisual, pada hari Selasa tanggal 25 Juni 2019, polusi udara Jakarta tergolong terburuk di dunia. Peta polusi udara online, AirVisual pada pukul 10.00 WIB, nilai air quality index (AQI) jakarta menunjukkan 168. Esok paginya sudah mencapai angka 216. Hal ini di posisi kedua setelah Lahore, Pakistan, Udara Jakarta dikategorikan sebagaih unhealthy atau tidak sehat.
AQI merupakan indeks yang dipakai AirVisual untuk mengukur tingkat keparahan polusi di sebuah kota. Indeks ini mengukur 6 polutan utama yaitu PM2.5, PM10, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan ozon di permukaan tanah. Keenam poultan utama itu dihitung untuk dijadikan satu angka AQI. Rentang AQI adalah 0-500, semakin tinggi nilai AQI maka semakin tinggi tingkat polusi udaranya.
Apalagi di Jakarta semua emisi dari gas buang dari kendaraan berkumpul dan menjadikan udara yang bersih itu dipenuhi dengan emsi gas buang yang kotor sekali.
Menurut Andono Warih, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, polusi udara Jakarta mengaku belum melihat secara langsung data dari AirVisual. Beliau menganggap udara di Jakarta sebenarnya masih baik-baik saja. Bahkan beliau belum menganggap udara yang kotor itu sebagai masalah setelah adanya pengecekan di Lab LH.
Suatu hal yang kontradiksi bahwa seorang ahli mengatakan tidak bahaya. Sementara kita semua mengetahui bahwa  polusi terburuk itu membahayakan. Bahaya bagi semua warga Jakarta yang terutama bekerja maupun beraktivitas di luar rumah adalah menghirup udara kotor akan menimbulkan berbagai penyakit mulai dari yang paling utama yakni penyakit saluran pernapasan, kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru  hingga penyakit lain yang menyerang organ tertentu (usus, ginjal, otak).
Jika warga menghirup polusi udara kotor terus menerus atau berkesinambungan, maka menurut dokter ahli paru Agus Dwi Susanta kita akan mengalami kerusakan pada fungsi organ. Polusi udara ini hanya dapat dihindari jika kita memakai masker saat beraktivas di luar rumah. Bahkan berusaha untuk tidak ke luar rumah ketika udara kotor.
"Bahkan dikatakan polusi udara baik itu di dalam ruangan atau luar ruangan langsung berhubungan dengan sel paru saat menarik napas, partikel polusi bisa menyerang organ lainnya dalam tubuh  melalui peredaran darah", kata Agus.
Kebersihan udara hanya bisa dilakukan apabila warga Jakarta serius berusaha untuk melakukan cara mengurangi polusi. Sebagai individu, kita perlu melakukan gerakan kurangi polusi. Hanya dengan melakukan tindakan dan kebiasaan sebagai berikut ini, polusi udara dapat berkurang: