Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bermurah Hati Tanpa Popularitas

12 November 2018   14:35 Diperbarui: 12 November 2018   20:11 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murah hati itu adalah suatu kebaikan yang tak bisa dipungkiri dimiliki oleh setiap orang. Ketika orang ingin menolong orang lain baik itu saat melihat kecelakaan, sakit, bencana, kemiskinan dan penderitaan lainnya.

Hakekatnya setiap orang punya murah hati karena ada dorongan hati nurani untuk berbagi kepada sesamanya.

Murah hati dapat dalam berbagai bentuk, membantu mengantarkan, memberikan bantuan barang-barang kebutuhan sehari-hari, uang untuk kebutuhan dalam mengongkosi biaya sakit dan pembangunan rumah dan seisinya yang hilang habis tertelan oleh tsunami, mendoakan mereka yang sedang berduka secara bersama-sama.

Bahkan ada yang membuat gerakan sosial di komunitas. Gerakan sosial ini diajukan dengan suatu proposal bukan oleh suatu lembaga lagi, tapi oleh individual.

Dengan mengajukan proposal lengkap tentang siapa yang harus dibantu, mengapa dibantu dan berapa jumlah bantuan yang diajukan. Proposal diajukan di crowd funding atau disebut dengan pengumpulan dana dari masyarakat melalui online.

Kemurahan hati itu terbuka saat ketika mau mengulurkan tangan kepada mereka yang dalam kesulitan hidup dan kedukaan dan memerlukan pertolongan dan bantuan yang sangat dibutuhkan. Tanpa bantuan orang lain biasanya, kondisinya akan makin menderita parah atau tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Sayangnya, ada beberapa praktek murah hati yang tidak murni lagi. Terkontaminasi dengan motivasi yang beragam. Ada yang ingin menonjolkan dirinya, adanya unjuk diri dan persaingan , investasi untuk mendapatkan kebaikan, mendapatkan kelimpana berkat.

Bergesernya motivasi karena ingin dianggap "baik" sesuai dengan ajaran yang salah interprestasi. Ketika kita berbuat baik maka jumlah kebaikan itu akan menjadi tambahan hitungan atau poin berkah untuk di dunia "surgawi".

Ada lagi yang menggunakan topeng kebaikan demi pencitraan. Demi populeritasnya untuk memenangkan suatu jabatan di suatu lembaga legislatif, orang-orang berlomba/berbondong pergi ke daerah terpencil yang sangat minus.

Mereka datang menggandeng wartawan yang mau diajak untuk memamerkan kebaikan yang mereka perlihatkan/pertontonkan saat melakukan pemberian kepada mereka yang sangat minus dalam ekonominya.

Motivasinya agar orang-orang yang menonton mereka berbuat kebaikan itu akan memilihnya menjadi orang yang dipilih untuk mewakili rakyat dalam suatu kedudukan tertentu.

Kebaikan yang ditukar dengan motivasi untuk investasi kebaikan di masa mendatang. Investasi ini dianggapnya akan menguntungkan jika dia meninggal mendadak, maka dia sudah punya tabungan investasi yang bisa dianggap sebagai salah satu syarat untuk masuk ke surga.

Ada lagi yang merasa bahwa perlu adanya menganggap perlu memberikan kebaikan karena kelimpahan berkat itu harus disalurkan kepada orang lain. Prinsip dari tabur tuai jadi patokannya.

Memang hal ini tidak salah, namun, jangan sampai terjadi orang lalu bermotivasi menukarkan kebaikannya hanya karena ingin mendapatkan sesuatu di masa mendatang.

Pentingnya untuk bermurah hati tanpa popularitas. Ketika kita membantu orang lain, orang lain tidak perlu tahu apa yang kita berikan kepada orang yang kita bantu.

Selain itu hal ini akan memberikan kesan yang baik, juga hati dan motivasi kita akan terjaga bahwa pemberian kita itu hanya diketahui penerima saja tanpa embel-embel apa pun.

Bukan soal diam saja, tetapi juga melakukannya dengan tulus hati dan ikhlas tanpa pamrih. Menolong seseorang itu tak perlu diketahui siapa pun dan biarkan hanya antara kamu dengan yang ditolong saja yang mengetahuinya.

Memang ada populeritas yang sifatnya cukup baik, misalnya untuk mendapatkan banyak teman karena kita gampang bergaul.

Namun, jika murah hati dihubungkan atau dikaitkan dengan popularitas maka ada konotasi yang kurang baik di sini.

Artinya orang yang baik itu hanya menginginkan popularitas demi kepuasan diri atau keinginan agar dirinya dikenal "kebaikannya" oleh orang lain .

Selain diam dan tulus hati, ada satu hal yang punya makna penting bahwa kemurahan hati itu didorong oleh suatu niat yang sangat "humanity" atau kemanusiaan yang tinggi.

Di negara-negara maju, banyak anak muda sekarang ini yang punya profesi dari teknokrat, dokter sampai peneliti, mereka ingin menanamkan kebaikan itu sejak kecil hingga dewasa.

Proyek kebaikan itu mereka tanamkan demi masa depan manusia untuk jangka panjang bukan hanya sekali bantuan.

Dengan ilmu yang mereka peroleh itu mereka membuat penelitian yang membuat manusia lebih baik pada masa datang seperti obat-obatan atau teknologi membantu menciptakan penemuan obat penyakit HIV atau kanker, memberikan ambulan dan klinik di salah satu negara termiskin di Afrika.

Orang yang berada di belakang layar ini tak pernah terexpose dengan apa yang dinamakan "popularitas" semata-mata. Mereka bekerja dan bekarya dalam diam demi kebaikan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun