Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Balik Gemerlapnya "Kopi" Ada Tangisan Petani Kopi

3 Oktober 2017   14:23 Diperbarui: 3 Oktober 2017   14:40 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun terakhir ini seolah-olah "Kopi" jadi  produk yang naik daun dalam dunia  bisnis maupun kafe.  Kenaikan tingkat konsumi kopi ini dapat dilihat dengan banyaknya gerai atau kedai kopi di tempat-tempat seperti di mall, tempat bisnis, tempat perumahan yang sering jadi tempat nongkrong.

Gerai atau tempat nongkrong  "kopi"  seperti jamur yang bertebaran dimana-mana. Seolah pebisnis tidak mau ketinggalan dan mengejar peluang untuk mendapatkan pelanggan atau penikmat kopi.   Baik itu penikmat kopi yang setia , maupun mereka yang sekedar nongkrong, untuk chatting, bekerja atau menghilangkan kepenatan di kedai Kopi.  

Ada yang mengatakan bahwa  lifestyle dari generasi muda ini jadi magnet utama dalam terjadinya pertumbuhan jumlah gerai kopi yang dibuka. Generasi milineal ini senang sekali "kongkow" atau nongkrong di gerai kopi . Entah itu bersama dengan teman-temannya sesama penikmat kopi, atau sekedar untuk berkumpul dan ngobrol barang.

Selain itu ada yang senang bekerja sambil menikmati  "sruputan"  kopi  . Terasa asyik bekerja tanpa teman tapi ada kopi sebagai temannya.  Ada juga yang hanya ingin terlihat "exist" dan baru pertama kalinya masuk ke gerai kopi untuk mencicipi  nikmatnya kopi.

Kopi apa yang disajikan oleh gerai-gerai lokal itu?  Banyak sekali jenisnya mulai dari kopi yang brand dari luar negeri dan cukup mahal dan harus mengeluarkan kocek cukup besar karena kopinya juga kopi impor.

Tapi ada juga kopi lokal pun yang jadi teman nongkrong yang asyik .  Sebenarnya jenis kopi hanya ada 2 yaitu arabika dan robuska . 

Namun, dalam kancah lokal , kopi Indonesia dinamakan atau disebut berdasarkan asal dari jenis kopi itu didapatkan .  Ada  32 nama kopi  seperti   Kopi Arabika Gayo ;Kopi Robusta Sidikalang;   Kopi Arabika Flore Bajawa;   Kopi Lanang;  Kopi Robusta Merapi ;  Kopi Robusta Pinogu dari Kabupaten Bone Bolango;   Kopi Rarobang Kopi Tarutung ; Kopi Joss; Kopi Malinau;   Kopi Sibu-Sibu Kopi Arabika Sipirok;  Kopi Priangan;  Kopi Amungme dari Papua;  Kopi Lahat dari Sumatera Selatan;  Kopi Lintong;  Kopi Luwak ;  Kopi Manggar;  Kopi Temanggung;  Kopi Besemah; Kopi Robusta Dampit ;  Kopi Arabika Kalosi;   Kopi Lombok;   Kopi Arabika Malabar;  Kopi Sasak Liseng,  Kopi Solok Selatan; Kopi Arabika Uganda, Kopi Arabika Wamena;  Kopi Arabika Sembaun Sajang;  Kopi Mandailing ; Kintamani;  Gayo

Sedemikian banyak jenis kopi yang terdapat di Indonesia.  Tapi jumlah  ini tidak otomatis mencerminkan bahwa Indonesia penghasil atau produsen kopi terbesar.  Saat ini posisi  Indonesia di tempat ke-4 sebagai produsen kopi dunia setelah Kolumbia, Vietnam, Brasil. Produksi kopi Nasional untuk tahun 2016  sebesar 639 ribu ton/tahun terdiri dari 72.84%  Arabika dan 27.16 Robuska.

Dalam rangka hari Kopi Nasional pada tanggal 1 Oktober 2017, Presiden Jokowi mengundang para penikmat dan penggemar kopi se Indonesia ke Istana Bogor. Dalam bincang-bincangnya Presiden Jokowi minta kepada para penggemar kopi ini untuk tidak sekedar jadi penonton saja dan pelaku atau bahkan terjebak sebagai budaya saja, tetapi juga harus ikut berperan serta dengan aktif untuk jadi produsen kopi yang berinovasi dalam penyajian kopi sehingga bukan hanya di Cafe saja tetapi dapat dinikmati juga di rumah tangga.

Selain itu disampikan juga agar  pembeli bukan hanya menyeruput kopi langsung tapi harus melihat proses produksi dari biji kopi itu dihasilkan sampai tersajikan menjadi kopi.  Dengan melihat proses produksi itu diharapkan konsumen atau penikmat kopi bisa menghargai lebih banyak kepada petani penghasil kopi.

Perihnya kehidupan Petani Kopi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun