Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Selamatkan Bumi Tempat Tinggalmu Berpijak

22 April 2017   18:32 Diperbarui: 23 April 2017   04:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 We don’t’ inherit the earth from our ancestors, we borrow it from our children

Kalimat di atas jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia:   Kami tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kami,  kami meminjamnya dari anak-anak kami.

Suatu ungkapan yang sangat mengganggu pikiran saya ketika membaca kalimat itu karena bumi kita , planet tempat kita berpijak  bukan untuk ditempati dengan seenaknya saja, tetapi harus dipelihara, dirawat serta dilestarikan untuk anak cucu kita yang akan mewarisi bumi ini  

Apalagi hari ini tepat dengan “Earth Day” , kita pun diingatkan untuk memelihara bumi kita yang kita tempati.    Jika kita tidak memelihara , kita akan melihat kerusakannya, bahkan kita akan mengalami bencana alam akibat kerusakan itu.  Kerusakan itu sebenarnya dapat kita ansipasi apabila manusia sadar sejak dini bahkan sejak anak-anak bahwa merawat bumi itu perlu dan harus dilakukan apabila kita tak mau mengalami tragedy kemanusiaan seperti kabut asap yang terjadi   di Sumatera dan Kalimantan, longsor di  Ponorgo,  bencana banjir di Aceh Tenggara. Semuanya akan merugikan manusia baik secara ekonomi maupun secara fisik.

Sebenarnya apa beda hari Bumi dengan Hari Lingkungan Hidup?

Hari bumi diadakan tiap tanggal 22 April setiap tahunnya secara internasional. Hari Bumi pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan apresiasi dan kesadaran manusia terhadap planet yang ditinggali oleh manusia saat ini yaitu bumi. Pertama kali dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson, pada tahun 1970. Dia adalah seorang pengajar di bidang disiplin ilmu lingkungan hidup.  Di Indonesia Hari BumiHari Bumi awalnya diprakarsai oleh masyarakat serta diperingati oleh LSM dan organisasi di bidang pelestarian lingkungan hidup,

Sedangkan Hari Lingkungan hidup diadakan tiap tanggal 5 Juni berdasarkan Konferensi UN tentang Lingkungan hidup yang berlangsung pada 5 Juni 1972 di Stockholm. Tanggal konferensi tersebut kemudian ditetapkan menjadi Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Siapa yang bertanggung jawab kerusakan bumi kita?

Setiap orang yang tidak peduli dengan kerusakan bumi serta tidak pernah melakukan pelestarian dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan bumi kita.  TIndakan sekecil apa pun yang kita lakukan seperti membuagn sampah sembarangan di sungai, di laut, menghamburkan energi lampu, menghamburkan energi kendaraan yang kita pakai, menghamburkan air baik itu air untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci mobil , tidak membeli barang-barang yang ramah lingkungan.

Kita, sebagai pemakai atau end user harus mengurangi konsumsi barang yang tidak ramah lingkungan,

Di sisi yang lain, produsen hanya memproduksi secara komersial tanpa mengingat kepentingan ekologi, sosial maupun tata kelola produksi yang standar dan baik. Alih-alih merawat, mengadopsi cara manajemen seperti perkebunan sawit yang baik sesuai dengan standar dari RSPO, para pemilik perkebunan sawit melakukan tindakan yang tak terpuji. Untuk memudahkan dan mengirit biaya penambahan perluasan perkebunan sawit, mereka membakar gambut.

Apa kontribusi kita untuk bumi ini?

Saya sebagai ibu rumah tangga dan pemakai bumi ini saat ini belum mampu untuk berkontribusi besar untuk merawat bumi.

Tetapi langkah kecil mulai saya lakukan . Inilah cara-cara yang saya lakukan:

www.inatanaya.com
www.inatanaya.com
1.Mengurangi pemakain kantong plastic. Jika belanja di supermarket selalu gunakan tas belanja untuk tidak lagi gunakan plastic untuk barang-barang belanjaan.
  1. Mengurangi pemakaian  energi AC .  Digunakan pada saat panas sekali dan jika pergi harus dimatikan.   Lampu yang saya gunakan adalah LED yang ramah lingkungan.
  2. Recycle barang-barang dapat digunakan kembali seperti botol aqua untuk digunakan sebagai bahan untuk menanam tanaman hidroponik.
  3. Mencari produk yang memiliki lambang CSPO di supermarket. Lambang CSPO menandakan produk yang dibeli oleh konsumen mengandung minyak sawit yang berasal dari perkebunan sawit dikelola secara berkelanjutan.
  4. Carilah produk dengan label bersertifikat ramah lingkungan (eco-label), seperti FSC, MSC, ASC, dan CSPO.
  5. Hemat penggunaan produk yang tidak ramah lingkungan seperti sabun mandi,shampo, kosmetik. Jika tidak dibutuhkan tidak perlu dibeli. Saya pun menjadi pengikut Nugie, penyanyi pendukung WWF Indonesia “Mulailah dari Sendiri”, menggunakan sabun seirit mungkin, dan dipakai sampai habis.

Kita sebagai konsumen dapat memulai suatu gerakan untuk mengingatkan kepada produsen besar yang memproduksi barangnya dengan sumber kelapa sawit agar mereka selalu mengikuti aturan dari apa yang telah dicanangkan oleh Konperensi Pengusaha Kelapa sawit .

Gerakan market transformasi lebih ampuh mengendalikan dan menghadang agar para pemilik atau produsen perkebunan sawit lebih sadar bahwa produk yang dipilih masyarakat sekarang ini adalah yang ramah lingkungan.

Tentunya gerakan ini harus dimulai dari kita termasuk saya.  Mari kita sebagai masyarakat peduli dengan bumi,tempat kita berpijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun