Beberapa kali dikhianati oleh orang yang saya anggap sebagai seorang sahabat membuat saya lebih berhati-hati untuk memilih teman, bahkan orang yang berhak menyandang predikat sahabat. Semula, saya kira mereka akan memperlakukan sama seperti cara saya memperlakukannya. Berhati-hati dalam bertutur kata dan berusaha menjaga sikap agar mereka tidak terluka. Namun ternyata perkiraan saya salah, kebaikan saya disalahgunakan dan mereka malah memanfaatkan saya.
Lebih parahnya lagi, saat bersenang-senang mereka mengabaikan keberadaan saya. Saya dianggapnya tidak ada. Namun saat bersedih, mereka datang kepada saya. Mengadukan segala keluh kesahnya kepada saya. Kemudian saya bingung, maksudnya apa orang-orang ini? Apa mereka hanya menganggap saya tempat sampah? Bebas melupkan segala beban dan setelah itu mereka pergi?
Saya heran, apa saya terlalu bodoh karena terlalu percaya kepada orang lain? Jika memang tidak bisa bersikap baik, setidaknya sedikitlah punya malu. Bukankah setiap perbuatan pasti ada balasannya? Padahal saya berusaha berbuat baik kepada orang lain. Entah mengapa, mereka justru melakukan hal demikian. Mungkin benar kata ibunda saya ketika saya mencurahkan hati saya kepadanya, "baik dan bodoh itu beda tipis". Di sinilah saya merasa bodoh, karena tidak pandai membedakan mana orang yang benar-benar tulus dan mana orang yang hanya memanfaatkan saya.
Sahabat adalah orang yang berfikir seribu kali untuk menjaga hati kita agar tidak terluka oleh sikapnya. Sahabat tidak akan membiarkan kita terluka begitu dalam bahkan berlarut-larut. Sahabat adalah orang yang tulus, tanpa pamrih, bahkan tidak perhitungan dalam hal apapun kepada kita. Sekali lagi, sahabat adalah orang yang mendukung kita dengan kasih sayangnya dan tidak ada kata saingan dalam persahabatan, karena setiap orang mempunyai tujuan hidup yang berbeda, bahkan saat kita berjalan beriringan sekalipun.
Tuhan sendiri yang akan turun tangan saat hamba-Nya didzolimi oleh orang-orang yang tidak mempunyai hati. Semula saya berfikir semua akan baik-baik saja. Namun saat mereka melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang, saya mengerti bahwa itu merupakan disengaja. Mereka tidak ingin saya turut andil dalam kebahagian mereka. Namun demikian, saya tetap bersyukur, di balik manusia-manusia jahat tersebut, masih ada segelintir orang yang dengan tulusnya memberikan cinta kasihnya kepada saya. Ahhh, Tuhan memang Maha Baik.
Tangerang Selatan, 27 Desember 2018