"Gimana sih, tadi katanya tau terminal Solo di mana, sekarang kok bingung!", teriak sopir pada keneknya. Kata-kata sang sopir membuat kenek seperti kehilangan harga diri di depan para penumpang sang kenek hanya diam dan menahan malu di depan semua penumpang. Â Lalu kenek pun turun dan bertanya kepada orang di pinggir jalan. Ku lihat dari jendela raut mukanya nampak 'ingah-ingih' (campuran antara bingung dan malu dalam bahasa jawa). Kasihan sekali. Astaghfirullah.
Karena ini perjalanan antar provinsi, tentu saja sopirnya tidak hanya satu, ada satu sopir senior yang bergantian mengemudikan kendaraan. Namun tadi jadwalnya untuk istirahat karna sudah semalam suntuk mengemudikan bis ini.
Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah bagaimana bisa pusat menurunkan sopir dan kenek yang sama-sama baru. Bukankah akan merusak citra mereka sendiri di hadapan penumpang? Saya akui armada ini baik, tapi nilainya akan sangat kurang dibandingkan dengan armada yang biasa saya tumpangi, bahkan profesionalitasnya sangat jauh, mulai dari pelayanan membeli tiket hingga keberangkatan.
Ah Tuhan, betapa tidak mudahnya mengais sebuah rezeki. Lagi-lagi Engkau menegurku agar lebih banyak bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan. K
Husnudzon saya pusat mempekerjakan sopir dan kenek baru adalah Allah memberikan rezeki keduanya melalui ini. Ketika yang lain sudah sibuk dengan keluarga, sopir-sopir bahkan kenek-kenek  yang 'masih' berlalu lalang 'ingin' menambah pundi-pundi rupiah yang lebih dengan menerima tawaran hari-hari menjelang lebaran. Ah, bagaimana bisa Tuhan seadil ini. Maha Suci Allah atas segala sesuatu. Wallahu a'lam bisshowab .
Catatan Hati Haniffa
Solo, 12 Juni 2018