Mohon tunggu...
Haniffa Iffa
Haniffa Iffa Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Editor

"Mimpi adalah sebuah keyakinan kepada Tuhanmu, jika kau mempunyai keyakinan yang baik kepada Tuhanmu, maka kau akan bertemu dengan mimpimu." #Haniffa Iffa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih yang Tersembunyi dalam Untaian Doa Ibu

15 Desember 2018   14:30 Diperbarui: 15 Desember 2018   17:22 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al-Kahfi : 109)

Saya sengaja mengambil satu ayat dalam surat Al-Kahfi sebagai pembuka goresan pena ini. Sungguh, Maha Suci Allah atas segala sesuatu yang telah mengizinkan saya merangkai kata demi kata yang ada dalam benak saya. Jika kita kaji satu ayat dari surat AL-Kahfi, betapa luasnya ilmu Tuhan, hingga tidaklah cukup lautan untuk menjadi tintanya. Segala hal yang kita pelajari hanyalah setitik ilmu Tuhan yang ada di muka bumi, lalu pantaskah kita sebagai hamba Allah yang penuh dosa ini mempunyai rasa angkuh? Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan? Maha Benar Allah atas segala sesuatu.

Jabat Tangan adalah budaya khas Indonesia. Budaya ini telah mendarah daging pada kita semua. Namun sekarang, bak ditelan bumi, budaya ini perlahan mulai luntur, entah karena adanya akulturasi budaya barat yang lebih mendominasi atau memang tiada niat untuk melestarikannya. 

Kali ini saya ingin menelaah tentang tradisi dan kepatuhan seorang anak pada Ibunya, tentunya erat hubungannya dengan tradisi Jabat Tangan atau Salaman dalam Bahasa Jawa. Ketaatan syariah seorang anak sangat dipengaruhi oleh akhlak seorang Ibu. 

Etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal ini. Etika, sopan, santun, tutur kata yang luhur adalah budaya kita. Budaya luhur ini seolah terkoyak dengan adanya budaya-budaya baru yang diam-diam merasuk dalam jiwa tanpa kita sadari. Budaya kita adalah mencium tangan seorang Ibu, seolah kita telah kehilangan keaslian budaya kita sendiri.

Menceritakan keluh kesah kita kepada Ibu akan membuat segala duka lara sirna. Ibu adalah tempat kita mencurahkan segala isi hati tanpa kita takut semua akan terbongkar, karena ibu adalah penyimpan rahasia terbaik. 

Ibuku adalah surgaku, tepat sekali jika itu terucap dalam setiap seorang anak. Tanpa seorang ibu, apa jadinya kita. Selayaknya, dalam setiap langkahnya, anak selalu meminta do'a dan ridho kepada Ibunya. Dengan kasih sayangnya, Ibu senantiasa memberikan do'a dan restunya dengan senyuman indah serta usapan dahi dan kepala setiap selesai berjabat tangan. 

Ibu adalah orang yang paling peka dengan keadaan kita, bahkan ibu tahu saat kita tak pernah bercerita tentang keadaan kita yang sebenarnya.

Seperti yang disampaikan oleh Ustadz Azhar Idrus, bahwa "Ciuman seorang Ibu dapat menggugurkan dosa kita". Betapa Tuhan sangat memuliakan seorang ibu. Lalu, sudahkah kita berbakti dengan baik pada ibu kita? Pada orangtua kita? 

Seharusnya, kita tak kehilangan etika, nilai luhur budaya kita yang sangat menghormati orang tua, terutama Ibu kita, banyak orang menganggap sepele tentang budaya "cium tangan Ibu", sesungguhnya inilah yang patut kita jaga sampai akhir nanti.

Suatu ketika, Rasulullah saw. ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah). Kita hanya punya dua pilihan untuk hal ini, surga atau neraka.  Hadits yang lain juga menyebutkan bahwa "Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala)." (HR. Bukhari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun