Mohon tunggu...
Haniffa Iffa
Haniffa Iffa Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Editor

"Mimpi adalah sebuah keyakinan kepada Tuhanmu, jika kau mempunyai keyakinan yang baik kepada Tuhanmu, maka kau akan bertemu dengan mimpimu." #Haniffa Iffa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai Rizki yang Diberikan Allah

15 Desember 2018   09:54 Diperbarui: 15 Desember 2018   10:27 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak saya kuliah di Malang hingga saya kuliah di Jakarta, saya melihat banyak sekali warung makan yang berada tidak jauh dari yang lain, bahkan berdekatan, namun tetap saja laku. Maha Suci Allah atas segala sesuatu. Awalnya saya berfikir, kalau begini, apa yang lain tidak rugi? Bagaimana yang lain bisa laku? Sungguh, Allah menjamin rizki sesuai dengan porsi hamba-Nya masing-masing.

Dalam Surat Hud ayat 6 Allah berfirman yang artinya: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhil mahfuz)".

Jika kita menelaah ayat 6 dalam Surat Hud, sungguh maknanya begitu dalam, yakni tentang betapa kuasanya Allah memberikan rizki pada setiap hamba-Nya dengan cara-Nya. Kadang kita berfikir bahwa rizki hanyalah sebuah uang. Namun jika kita menelaah dari sisi lain, masih bisa bernafas hingga detik ini merupakan salah satu rizki yang diberikan oleh Allah kepada kita.

Bayangkan saja jika bernafas harus memakai alat bantu. Butuh berapa rupiah untuk bernafas selama satu bulan? Satu bulan ada 30 hari, satu hari ada 24 jam. Walaupun bisa bernafas menggunakan alat bantu, tentu nikmat pada setiap nafas akan jauh berbeda.   Sungguh, nikmat Tuhan mana lagi yang bisa kita dustakan?

Nikmatnya begitu luas jika kita telaah satu per satu. Selain bernafas, hal sederhana yang bisa kita telaah adalah makan. Seringkali kita merasakan tidak enaknya makan ketika dalam keadaan sakit. Untuk menambah rasa syukur kita, sesekali Allah menegur kita dengan memperlihatkan teman kita yang sakit. Jika hati kita peka, harusnya kita menyadari bahwa nikmat sehat tidak bisa dibeli dengan apapun.

Sering pula saya menjumpai kakek ataupun nenek yang sudah sangat sepuh (tua dalam bahasa jawa) berjualan kue, sapu, atau berjualan apa saja demi sesuap nasi. Ahhh, pernah saya berfikir, dimana anak-anak mereka? mengapa tubuh yang begitu renta dibiarkan untuk berlalu lalang melewati panasnya terik matahari yang menyengat tubuh. Tapi tetap saja, Allah menjamin setiap rizki pada hamba-Nya. Sesekali saya mengiba, lalu hanya bisa mendo'akan yang terbaik bagi mereka. Yang saya yakini adalah Tuhan menjamin segalanya untuk mereka.

Memaknai rizki yang diberikan Allah kepada kita bukanlah hal yang mudah. Tidak jarang kita merasa iri dengan apa yang dicapai oleh orang lain. Padahal sudah jelas bahwa Allah memberikan rizki sesuai dengan porsi hamba-Nya masing-masing. Tentu saja Allah lebih tahu porsi yang tepat untuk hamba-Nya.

Yang harus kita lakukan adalah banyak-banyak bersyukur, karena dengan bersyukur Allah akan menambah nikmat untuk kita. Mulai dari nikmat bernafas, berjalan, dan tentunya nikmat untuk menjalani kehidupan ini. Sudah jelas kita ketahui bahwa dunia hanyalah kehidupan yang fana, maka penting bagi kita untuk senantiasa berhati-hati menjalani kehidupan fana ini.

Saya jadi teringat sebuah lagu, "dunia ibarat air laut, diminum hanya menambah haus, nafsu bagaikan fatamorgana di padang pasir". Singkat, tapi mengandung pesan yang begitu mendalam. Lewat syair ini pula, kita bisa memaknai rizki yang diberikan Allah kepada kita. Rizki yang banyak tentunya membuat kita senantiasa berhati-hati agar tidak silau dengan gemerlap dunia yang jika diminum hanya akan menambah haus.

Maha Suci Allah atas segala sesuatu. Senantiasa menelaah apa yang terjadi di sekitar kita, bahkan untuk hal-hal sederhana sekalipun akan membuat kita lebih peka dengan kekuasan-Nya yang tidak terbatas. Sungguh, nikmat Tuhan yang mana lagi yang bisa kita dustakan? Wallahu a'lam bisshowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun