Mohon tunggu...
Ratu Masrana
Ratu Masrana Mohon Tunggu... -

pembelajar kehidupan, pemilik lembaga privat, suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Panji Sakti (Penulis Lagu dan Personil Band Syuga)

15 Juli 2010   06:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menulis Lagu Itu Nikmat dan Bisa Makan

Sepintas, pemilik nama asli Panji Siswanto bin Suparlan ini tampak biasa aja. Nggak ada yang istimewa dari penampilannya, kecuali tubuhnya yang lumayan tinggi (182 cm), bisa jadi tiang bendera bila kita mau upacara :P Meski demikian, jangan keburu kecil hati. Penulis lagu yang suka banget ngocol ini punya kisah yang bisa dibagikan buat kamu-kamu. Terutama yang pingin tau banget gimana proses membuat lagu. Selama ini, kita hanya tau sebuah lagu itu ketika sudah didengar alias udah jadi, kan? Nah.. ngga ada salahnya kali ini kita cari tau, gimana siy awal pembuatan lagu itu. Ternyata, sama seperti karya seni tulis
lainnya, lagu juga melalui beberapa langkah dalam proses kreatifnya, bahasa kerennya song writing (eh..bener ga?).
Salah satu personal band Syuga ini (tau ngga? Band ini sempet ngetop di Malaysia beberapa waktu lalu, dengan hitsnya “Lapan Hari Seminggu) bilang, kalo dirinya udah mulai tulas-tulis lagu dari sejak tahun 1994 (aw..lama juga ya…udah 16 tahun doong..). Bakat menulis lagu udah tercium sejak Panji, begitu ia biasa disapa, masih duduk di kelas 4 SD. Kebayang kan? Betapa kreatifnya bocah ini? Yang laen masih pada maen kelereng, lah..bocah ini udah memulai proses kreatifnya sejak dini.

“Awal proses kreatif saya mulai dengan menggubah kata-kata pada tenda reklame penjual bakso, di situ tertulis: Bakso Daging Sapi, Es Campur Alpukat, Cabang Padalarang, Margana Tanah Abang. Tulisan itu saya lagukan dalam nada etnik jawa, waktu itu saya masih kelas 4 SD,” kenang Panji.

Ketertarikannya pada menulis lagu ini berlanjut ketika remaja. Hal ini
ditandai dengan dibentuknya grup vokal akapela besama Joeniar Arief, Bowo
Soulmate, Dendi, Harry Martin, waktu itu masih kelas 3 SMU. Nah, karena keseringan nyanyi, Panji jadi pengen bikin lagu sendiri. Sayangnya, pada masa itu tak satupun lagunya selesai. Namun, hal tersebut ngga membuat pria
asal Bandung ini patah arang. Meski kuliah jurusan seni rupa di UPI,
Panji masih berkutat dengan penulisan lagu. “Lagu pop yang pertama
yang saya selesaikan judulnya ‘Etapa’. Sejak itu saya mulai
menyelesaikan lagu-lagu saya meski belum bisa dikatakan produktif,”
ujar penyuka kaos ini dengan rendah hati. Ngga hanya berupaya
menyelesaikan lagunya itu, penyuka rokok Marlboro ini pun mencoba
memusikalisasi beberapa puisi karya teman-temannya dari Jurusan Sastra Indonesia dan Jurusan Bahasa Inggris.

Hingga kini, penulis lagu ‘Puisi Hujan’ ini telah menetaskan sejumlah karya. Kurang lebih 70 lagu telah digarapnya. Sebanyak 26 lagu telah dipublikasikan, antara lain 18 lagu oleh KRU Studio Sdn. Bhd. Malaysia dan sisanya oleh Sony ATV Publishing. “ Dan untuk tahun 2010 ini, ada 5 lagu yang akan dipublikasikan di Indonesia”, Panji menambahkan.

Pria berusia 34 tahun ini mengaku berkesan dengan hampir semua lagu
yang ditulisnya. Salah satu lagu yang paling berkesan ini berjudul
‘Dialah Aku’. Lagu yang berkisah tentang keakuan pada seseorang ini dibuatnya
kurang dari satu jam. “Saya buat di Malaysia, alhasil lagu itu malah
jadi judul album band Syuga, jadi single pertama dan jadi soundtrack film
Cicakman (KRU Films). Sumber idenya hanya dari sinopsis film itu yang dituturkan produsernya.”

Sama seperti dalam menulis novel atau artikel, Panji juga pernah mengalami block writing dalam menulis lagu. Tak heran, ada lagunya yang sudah 4 tahun tapi ngga selesai-selesai. “ Ya, saya biarkan saja. Bikin lagu yang lain,” tandasnya tak mau ambil pusing.

Panji menyadari bahwa inspirasi bisa didapat dari manapun. Banyak
penulis lagu yang menunggu mood untuk menulis lagu. Menurutnya, hal
tersebut sah-sah saja. Tapi ia lebih menyetujui jika mood itu dikejar. Bahkan beberapa lagu ciptaannya ngga didapatkan dalam kondisi
yang tenang dan sendiri. “Beberapa lagu saya dapatkan saat sedang nongkrong bersama teman-teman, saat mengendarai motor dan nongkrong di toilet.”

Ia pun ngga segan-segan membocorkan bagaimana proses membuat lagu.
Panji menjelaskan bahwa proses ini bisa diawali dengan membuat lirik
dulu lalu lagu atau lagu dulu baru musik, atau bersamaan, atau musik
dulu baru lagu atau lirik. Ia ngga pernah punya pegangan dalam menulis
lagu yang harus begini-begitu, yang penting senang hati, semua hadir saat ia berfikir bahwa lagu itu bisa dan harus diselesaikan. Setelah proses yang ngga mudah ini selesai, Panji ngga lantas diam diri. “Membuat teh manis atau minum air putih
dalam gelas besar, he he he,” canda Panji. Tentu saja ia harus membuat
demo minimalis, lalu mempresentasikan lagu tersebut pada publisher.

Penulis lagu pop ini menuturkan, selain kepuasan berekspresi, penulis lagu juga bisa mendapat keuntungan finansial jika lagunya dipublikasikan, berupa royalti. Mulai dari publisher, arranger sampai penulis lirik mendapatkan royalti dari lagu yang sudah dipublikasikan. Dalam sebuah lagu penulis syair mendapat prosentase paling besar. “Prosesnya, bila kamu punya lagu yang sudah publish, daftarkan diri kamu dan lagu-lagu kamu pada badan yayasan atau asosiasi yang bergerak di bidang koleksi royalti. Saat lagumu sudah terdaftar, misalnya pada sebuah salon lagumu diputar, dikalikan luas salon, salon akan membayar pada yayasan yang menaungi kamu, lalu mendistribusikannya pada rekening bankmu pada setiap tahunnya.”

Pada kenyataannya, setiap composer sah-sah saja memiliki orientasi yang berbeda dalam memandang profesi ini. Menurut Panji, “Ada orang yang menulis lagu untuk kepuasan pribadi atau kebutuhan institusi, atau mau menggantungkan hidupnya sebagai composer. Tapi ada juga yang kedua hal tadi terkait atau dikait-kaitkan .. hehe ... kalau kamu penulis lagu yang merasa lagumu bagus, tapi kamu tidak coba mem-publish lagumu, saya fikir kalau seperti itu silakan saja dengarkan lagumu sendiri di kamar. Ada banyak penulis lagu yang merasa lagunya bagus, tapi kurang ada kemauan untuk mendapat "lebih" dari kemampuannya itu.”

Setelah lagu dibuat, maka publikasi adalah hal yang penting. Misal, lagu bisa diperdengarkan pada sebuah konser. Panji sendiri mengaku sangat bahagia jika dalam sebuah konser, audience menyukai lagunya. “Saat kamu ada dalam sebuah konser lalu penonton mengikuti apa yang kamu nyanyikan tentu kamu akan merasa sangat diterima, atau saat orang membuat testimonial bahwa ia menyukai lagumu tentulah kamu akan sangat senang.”

Sebelum bisa konser, dulu Panji punya cara tersendiri untuk memperdengarkan lagunya pada publik. Ia melakukannya dari lingkungan terdekatnya dulu. Panji sering menyanyikan lagu-lagunya sambil nongkrong bersama teman-temannya. Panji keukeuh dengan lagu-lagunya itu sampai akhirnya mereka ketularan. “Sekarang seringnya duduk depan pc, mempublikasikan lagu-lagu melalui internet. “

Disinggung mengenai kiprah para penulis di Indonesia, pria yang gemar menggunakan topi ini mengatakan jika Indonesia memiliki banyak penulis lagu yang hebat. Mulai dari penulis lagu tradisi sampai mereka yang lagu-lagunya sering muncul di televisi. “Lagu daerah kita laku di dalam dan luar negeri, Ahmad Dhani dengan menulis lagu dan menyanyi bisa membangun "republik"-nya sendiri, lagu "Shepia"-nya Sheila On 7 pernah di adaptasi ke bahasa Mandarin, lagu Naff juga, lagu band Nidji jadi OST Serial Hero, /rif pernah masuk dalam album OST Spiderman, lagu Mbah Surip yang sederhana menghasilkan banyak rekor penjualan, dan masih banyak lagi ... wah, penulis lagu di Indonesia hebat-hebat deh.”

Meski menjadi penulis lagu ngga mudah dan banyak saingan, namun pria kelahiran 13 Januari 1976 ini ngga mau pindah haluan. Ia tetap istiqomah menulis lagu dan berkarya. Baginya, profesi ini memiliki kenikmatan tersendiri. Ngga muluk-muluk. “Bisa makan dan ada kepuasan saat karya saya diapresiasi banyak orang.” Jelas Panji dengan rendah hati.
Nampaknya, darah seni memang benar-benar mengalir di tubuh Panji. Selain menulis lagu, ia juga sempat terjun ke dunia film. Pada tahun 2001, ia dipercaya sebagai Casting Manager dan talent pada film “Matahari Segi Empat” (60 minutes) karya sutradara Yunan Helmi Balamba. Tahun 2002 jadi sutradara dan penulis naskah film tugas akhir berdurasi 10 menit berjudul “SKAT”. Lalu pada tahun 2004, ia menjadi Co-Producer dan Script-Writer film “LUKA” (90 minutes) karya sutradara Eki N. Burhan. Kemudian pada tahun 2007, ia memproduksi filmnya sendiri berjudul ‘Giving’ (15 minutes) karya sutradara Widi Pranatha.
Sebelum wawancara itu selesai, pria yang sangat low profile ini juga
sempat sharing tentang pendapatnya terhadap sebuah lagu yang dijiplak.
Menurutnya, sebuah lagu dijiplak karena lagu itu menarik atau bagus. Solusi yang
bisa ditempuh adalah pendidikan terhadap masyarakat agar ngga lagi
membiasakan diri jadi pencuri. “Kalau lagu yang kamu buat itu mirip
dengan lagu lain, asalkan tidak lebih dari 8 bar sih, sah-sah saja,
saya pernah dengar ketentuan itu. Tapi itu menurut Undang-Undang Hak
Cipta Tahun 1982, yang terbaru adalah Undang-Undang Hak Cipta Tahun
2002, yang meski belum 1 bar, kalau mirip banget ya akan di cap
sebagai plagiat, tidak hanya musik, lirikpun termasuk di dalamnya.”
Panji sendiri mengaku bahwa lagu hitnya ‘Lapan Hari Seminggu’
terinspirasi dari lagu Eight Days-nya The Beatles. Hal ini diakuinya ketika
dirinya melakukan jumpa pers di Malaysia beberapa tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun