Biodata Diri:
Nama                 : Umi Fitriyah
Tempat tanggal lahir : Gresik, 5 Â April 1991
Pendidikan           :Â
- MA Roudlotunnasyi’in Gresik
- S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Gresik
- S2 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya
Aktivitas :Â
- Guru Bahasa Inggris RSI Darus Syifa’ Surabaya
- Guru SMK Muhamadiyah 1 Gresik
- MC (Pembawa Acara)
- Sukarelawan
Menjadi pengajar adalah sudah menjadi cita-citanya. Profil yang akan penulis angkat kali ini adalah seorang guru bahasa inggris yang berasal dari SMK Muhammadiyah 1 Gresik di provinsi Jawa timur. Nama lengkapnya adalah Umi Fitriyah. Orang-orang terdekat dan murid-muridnya biasa memanggilnya dengan sebutan miss Fitry.
Misalkan ada pembaca yang bertanya seperti ini, "Mengapa penulis mengangkat profil miss Fitry dalam tulisan di kompasiana kali ini?" Awal mula saya kenal dengan miss Fitry yakni dikenalkan oleh teman kuliah. Saya diberi tahu akun instagramnya. Lalu saya bisa mengetahui sebagian kecil kisah hidupnya yang begitu menginspirasi diri saya secara pribadi. Hal ini berasal dari beberapa status dan story-nya di media sosial (medsos).
Betul kata pribahasa, "Orang sepintar apapun tidak akan bisa dikenang oleh sejarah. Jika tidak ada yang mau menuliskan kisahnya". Meskipun miss Fitry sempat menolak, ketika saya ingin menjadikan profilnya pada artikel kompasiana kali ini. Saya tetap berusaha untuk menggali berbagai informasi tentang kisah hidupnya dari akun medsos.Â
Miss Fitry merupakan dua bersaudara dari keluarganya. Dia adalah anak pertama dan memiliki saudara laki-laki. Pendidikan jenjang SMA di selesaikan di Madrasah Aliyah Roudlotunnasyi’in, selain itu dia juga mengenyam pendidikan non formal di pondok pesantren. Ketika menuntut ilmu agama Islam di pondok pesantren.Â
Seorang santri terbiasa untuk memasak makanan. Nantinya hasil masakan itu akan dimakan bersama-sama dengan teman-temannya. Hal ini tentu sebagai suatu pembelajaran dalam kemandirian. Saat santri telah berkeluarga. Maka mereka bisa menghemat pengeluaran keluarganya, yakni dengan cara memasak makanan sendiri.
Kehidupan santri itu menurutnya enak sekali. Karena untuk beribadah sudah terjamin. Kehidupan mereka sudah ditata secara rapi oleh Kyai yang ada di pondok pesantren. Tentu hal ini akan berbeda bagi kita yang sudah lulus kuliah dan berkarir di pekerjaanya masing-masing. Jika kita ingin shalat tepat waktu dan berjamaah itu kadang terasa sulit. Karena tugas-tugas pekerjaan telah menumpuk. Tugas tersebut menunggu satu-persatu untuk diselesaikan. Jika kita ingin shalat berjamaah maka harus menunggu teman kerja menyelesaikan pekerjaanya terlebih dahulu.