Dia menyarankan kepada saya untuk memilih wanita yang bisa menerima kita apa adanya. Seorang wanita yang mampu menghadirkan senyuman ketika kita pulang ke rumah usai bekerja. Seorang wanita yang bisa menyiapkan makanan dan minuman buat kita. Dan seorang wanita yang bisa menerima dengan ikhlas uang belanjaan yang kita berikan kepadanya. Alangkah bahagianya bagi sang suami karena tidak ada tuntutan yang macam-macam dari istrinya.
Berbagai kejadian kasus korupsi dinegeri ini yang dilakukan oleh oknum pejabat. Hal ini bisa disebabkan dari istri pejabat yang tidak puas dengan pemberian suaminya. Sehingga dia meminta lebih kepada suaminya. Akhirnya suami tersebut menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi kebutuhan istrinya. Sehingga nasib buruk suami bisa datang sewaktu-waktu apabila kekayaannya dari hasil uang korupsi diketahui KPK.
Hal Inilah yang bisa penulis sebut wanita bisa menjadi empedu. Empedu itu rasanya pahit. Wanita bisa menjadikan kepahitan kehidupan bagi laki-laki pasangannya. Apabila tuntutan kehidupannya begitu mewah dan tinggi yang tidak dapat dijangkau dari gaji suaminya.
Setelah itu ada lagi teman saya. Dia seorang wanita yang sudah menikah. Dia memberi saran kepada saya untuk mencari pasangan yang matre. Dengan kematrean pasangan kita tersebut. Sehingga kita bisa termotivasi untuk giat bekerja dan dapat segera mewujudkan harapan-harapannya.Â
Tentunya dengan gaji halal yang diperoleh dengan cara bekerja. Sehingga sekarang keluarganya sudah berhasil memiliki sebuah rumah dan mobil. Suaminya menjadi pendidik di sekolah. Dan memiliki usaha tambahan yakni dibidang perikanan dengan memiliki tambak di daerah Lamongan.
Menurutnya seorang wanita jangan berbicara kepada suaminya mengenai pemberian dari keluarganya (warisan). Tujuannya yaitu agar seorang laki-laki tersebut bekerja keras untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai meraih gelar sarjana. Uang (warisan) tersebut bisa diasuransikan terlebih dahulu untuk menyiapkan pendidikan anak-anaknya kelak. Ketika suami memang sudah benar-benar tidak mampu memberikan nafkah kepada keluarganya. Mungkin penyebabnya karena sakit, pensiun dini, atau dikarenakan hal-hal lain. Maka uang yang telah diasuransikan tadi bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya sampai meraih gelar sarjana.
Kesimpulan
Dari kedua tipe wanita yang berbeda tadi. Kita bisa mendapatkan pandangan sebelum memantapkan diri untuk memilih pasangan dalam hidup. Ada dampak baik dan buruk dalam memilih dua tipe wanita tersebut.
Pertama, wanita dengan tipe madu akan membuat kehidupan kita terasa manis. Tidak ada tuntutan macam-macam bagi suaminya. Namun hal ini juga tidak selamanya baik bagi kehidupan kita. Sehingga kita bisa saja hidup stagnan pada posisi aman yakni tidak ada perkembangan yang berarti. Jadi kehidupan kita akhirnya akan statis (tetap) dari tahun ke tahun.
Sementara apabila kita memilih wanita tipe dua yakni matre atau bertipe empedu. Hidup kita akan penuh dengan tekanan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kita akan fokus untuk bekerja, bekerja, dan bekerja sampai memilki banyak uang dan tabungan. Sehingga kehidupan kita bisa berkembang nantinya. Namun ada juga kelemahanya. Yakni apabila usaha kita mengalami kegagalan. Atau ada PHK besar-besaran dari perusahaan. Dan kita  menerima dampak buruknya dengan di PHK. Maka ada peluang istri kita tersebut akan berpaling ke yang lain. Itulah yang membuat kita bersedih hati karena telah memilihnya menjadi pendamping hidup.
Jadi wanita bertipe madu akan kita butuhkan saat kehidupan kita masih dibawah. Yakni saat masih dalam masa perintisan usaha. Atau saat kita mulai bekerja di suatu perusahaan dengan gaji yang pas-pasan. Sementara kita butuh wanita bertipe empedu, saat kita sudah jenuh dengan kondisi keuangan yang tetap. Maka kita butuh motivasi dalam bekerja dari istri kita. Â
Semoga Bermanfaat
Mojokerto, 9-6-2018