Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Suka dan Duka Merawat Jenazah

17 April 2018   01:24 Diperbarui: 18 April 2018   08:33 4126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(kompas.com/syahrul munir)

Kematian adalah sesuatu yang paling ditakuti oleh semua orang. Bagi orang yang kaya raya akan takut meninggalkan semua hartanya didunia. Bagi yang memiliki istri, suami, atau anak juga akan takut meninggalkan orang yang dikasihinya.

Selain itu, kita sebagai manusia yang mempercayai adanya hari pembalasan. Tentu kita juga takut untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah kita lakukan selama hidup didunia. Kita akan takut menghadapi kematian bila belum melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.

Meskipun kematian adalah sesuatu yang paling dekat pada diri kita menurut Imam Ghazali. Ketika maut sudah menjemput, kita tentu tidak bisa menawar lagi. Meskipun mencoba untuk bersembunyi menyelamatkan diri.

Ketika Malaikat Maut menjemput, kita harus bisa menerima takdir kematian itu. Hanya amal kebaikan saja yang akan dapat menolong kita dialam akhirat nanti. Menurut Agama yang saya yakini kebenaranya yakni Islam.

Artikel berjudul "Viral dan mengharukan kisah wanita juru rawat jenazah ini, menyeramkan tapi banyak hikmahnya" bersumber dari www.surabaya.tribunnews.com menarik untuk dibaca.

Setelah saya membagikan artikel tersebut di status whatsApp, ada 25 orang yang melihatnya. Lalu ada seseorang ibu yang membaca berita tersebut dan mengirim pesan pribadi kepada saya. Menurutnya kisah wanita juru rawat tersebut mirip dengan kisahnya. Dia ingin berbagi kepada saya. Dan kisahnya itu ingin saya tuliskan dalam bentuk artikel di kompasiana.

Nama ibu itu adalah Ibu  Robitoh. Beliau berusia sekitar 40 tahun dengan lima orang anak. Robitoh memiliki suami bernama Ghufron. Tempat tinggalnya ada di daerah Penompo Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto.

Robitoh bekerja sebagai guru KB/RA Al-ihlas. Dan pada sore harinya sebagai madin/Tpq Arrowaaniyah. Beliau dulunya juga aktif di Majlis taklim ibu-ibu setiap jumat dan ahad,  tapi saat ini beliau berhenti dulu.  Karena berkonsentrasi untuk merawat bapaknya yang lagi sakit.

Beliau merupakan orang yang peduli dengan tetangganya. Kepeduliannya itu diwujudkan dengan cara membantu tetangganya yang terkena musibah kehilangan orang yang dicintainya didunia. Beliau turut berpartisipasi untuk memandikan jenazah tetangganya khusus berjenis kelamin perempuan.

"Pada awal memandikan jenazah, saya merasa canggung. Setelah memandikan lalu mengkafani. Sedangkan untuk mensholati dan menguburkan, nanti dilaksanakan oleh orang laki-laki. Dan sepulangnya bau harum bunga tidak hilang-hilang. Itu yang membuat saya takut" tuturnya.

Beliau bercerita, kalau memandikan,  biasanya di bantu lima sampai enam orang.  Tiga orang yang memangku jenazah, sedangkan dua orang sisanya membantu memandikan. Ketika mengkafani,  cukup di bantu dua orang saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun