Mohon tunggu...
Asim Sulistyo
Asim Sulistyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan Pemerhati Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Desa Wisata Krakitan, Bayat, Klaten

22 April 2013   13:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13666112232085966343
13666112232085966343

Desa Wisata Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa-tengah yang sangat menarik buat berwisata. Desa ini mempunyai beberapa obyek yang antara lain Warung Apung, Pemancingan, Museum Tani, Gardu Pandang diatas Bukit, Wisata Alam Bukit Sidagora, Berbagai jenis burung ternak, dan Gardu Pandang Bersejarah di Gunung Gajah.

Mulai tahun 70-an Gunung Gajahtepatnya di Dusun Nglebak, Desa Krakitan mulai bermunculan penambang-penambang batu kapur untuk keperluan bangunan. Selain itu banyak pengusaha yang berivestasi mulai dari armada angkutan dan berdirinyan bangunan-bangunan Tobong untuk membakar batu kapur.

Disekitar Gunung Gajah sampai tahun 2013 masih lebih dari 20 Tobong pembakaran batu kapur. Dengan demikian kegiatan ini bisa menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

Gardu Pandang

Bangunan bersejarah peninggalan pemerintah Belanda yang berupa bangunan Gardu pandang sangat memprihatinkan. Bangunan yang unik ini tidak bisa diakses wisatawan, karena jalan menuju Gardu Pandang sudah putus. Sehingga wisatawan hanya bisa melihat dari kejauhan atau dari bawah gunung. Selain itu Patung Gajah peninggalan Kerajaan Belanda yang berada di Gardu Pandang sudah raib dari tempatnya.

Menurut warga sekitar, Gunung Gajah milik negara tersebut sekarang sudah di kapling-kapling oleh pemerintah desa Krakitan menjadi hak milik warga sekitar dengan membayar sejumlah uang dan sekarang masih dalam proses sertifikat.

Pemerintah daerah sampai sekarang tidak peduli dengan peninggalan sejarah tersebut, bahkan membiarkan penambang batu terus-menerus merusak lingkungan wisata, bahkan dusun Nglebak mendatangkan alat berat (Beko) untuk menghancurkan bebatuan agar bisa di dirikan bangunan. (Estib Post).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun