Mohon tunggu...
Farah Dzakiyah
Farah Dzakiyah Mohon Tunggu... Penulis - jeki si manusia biasa

panggil aja dzaki, pemalu yang punya mimpi besar sebanyak benda angkasa. punya mimpi bisa dapet beasiswa dan bisa keliling dunia bersama keluarga tercinta. bisa mati syahid di jalan Allah, sangat ingin bisa bersahabat dengan semua orang tapi dengan kelakuanku yang terkadang tidak bersahabat, semoga dzaki bisa selalu memperbaiki diri sendiri. suka buat puisi, kata2 gajelas, berharap bisa bermanfaat untuk sesama.. Alhamdulillah masuk jurusan dibangku kuliah yang bikin gabetah, tapi temen2nya bikin betah.. dari smk to Sastra, Uin Yogyakarta.. semangat dan terus berbuat baik dengan siapapun itu..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Empang Ali dan Si Lokal Rudi

22 Oktober 2021   22:21 Diperbarui: 22 Oktober 2021   22:34 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teman-teman di hadapan mursi itu, masih mencoba mencerna dan terlihat sedang berfikir sungguh-sungguh dan serius terbukti dari kening mereka yang tadinya tenang menjadi bergelombang dan berkerut.

"Saya sih, lebih optimis sama pak Rudi cak" ungkap pria bertopi kuning yang juga duduk bersama.

Terdapat sekitar Sembilan orang didalam lingkaran orang-orang pecinta bola tersebut.

"Lah kenapa pak Rudi cak, bukannya katanya dia pernah kena kasus korupsi kartu tilang ya" ujar yang lainnya

"Aahh itu kan Cuma desas-desus saja, Cuma katanya, tapi nggak ada bukti kan sampe sekarang, beliau itu orang bagusan kok, orang saya sudah buktikan sendiri, kemarin saya lihat para pengamen jalanan di dekat lampu merah itu, pada dikasih makanan sama pak Rudi, dan ternyata beliau sudah lama menyekolahkan para gelandangan yang ada di dusun 'mantra'.

Suasana kampung gelas cukup panas dan menegangkan di lima hari menjelang hari pemilihan.

Sosial media paling banyak dipakai masyarakat kampung itu adalah twitter, hastag Ali dan hastag Rudi seolah-olah seperti Ikan Sura dan Buaya yang saling ingin menguasai. Hingga terdapat satu cuitan di twitter dari salah satu sipir penjara kampung yang isinya

"Dibalik jeruji besi, aku ingin memperbaiki diri, tapi dibalik duniawi, aku ingin memilikinya. salam Ali versus Rudi, dukung orang yang nggak mau jual negeri sendiri"

Cuitan yang dianggap provokasi itu mengundang banyak orang untuk mendiskusikan maksud dari twit tersebut. Bahkan di satu warung kopi, saking fanatiknya masing-masing kubu pendukung, mereka saling baku hantam. Bahkan ambulan pun dikerahkan karena terdapat korban berjatuhan.

Hingga dua hari menjelang hari pemilihan, suasana kampung 'gelas' semakin sengit. Padahal sebelumnya aman dan tentram, para tetangga pun saling bersmusuhan, ada yang berdiam diri, ada yang saling membakar sampah supaya tetangganya batuk-batuk dan sakit, ada yang saling sindir-sindiran dibalik tembok dan tidak sudi saling melihat tetangga, ada yang memotong dahan dan buah rambutan yang menggelantung dirumah tetangga sebelahnya,  dan masih banyak kejadian aneh dan provokatif lainnya. 

Hingga saat hari H, pemilihan dilakukan di malam hari di lapangan terbuka kampung 'gelas', pemilihan langsung menggunakan jari, tidak pakai kertas, kardus, kaleng atau apapun. Mereka sudah berkubu-kubu. Kubu Ali disebelah kiri, dan kubu Rudi di sebelah kanan. Mereka sangat berjarak, jaraknya menggunakan bambu-bambu yang disusun tegak berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun