Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tentang Walisongo Yang Sebenarnya

19 Mei 2017   23:35 Diperbarui: 20 Mei 2017   00:02 6287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari pemaparan di atas, jelaslah sudah bahwa yang datang ke Nusantara pertama kali adalah orang-orang Arab. Dan leluhur Walisongo merupakan keturunan Arab dari kalangan Bani Alawiyyin (Habaib).Teori Arab berpendapat bahwa Walisongo adalah keturunan Habaib dari Hadramaut. Pendapat yang menyebut Walisongo berasal dari Asia Tengah, Champa, atau lainnya ternyata tidak memiliki basis teori kuat, sebab tempat-tempat seperti Gujarat di India, Champa di China, dan lain-lain adalah hanya tempat singgah para rombongan Bani Alawiyyin sebelum sampai ke Sumatera dan Jawa. Tempat-tempat tersebut merupakan jalur perjalanan saja, bukan asal-usul rasnya. Inilah teori yang paling masyhur dan paling kuat. Waspada terhadap upaya pelencengan sejarah kedatangan Islam ke Indonesia, yang sudah dimulai dari sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini mau dilencengkan kepada yang lebih menyesatkan lagi.  

Jamaluddin al-Husein, kakek dari Maulana Malik Ibrahim misalnya, adalah seorang keturunan Arab dari Bani Alawiyyin yang lahir di India. Ia memiliki garis keturunan dari Sayid Ahmad bin Isa al-Muhajir, imigran asal Irak yang menetap di Hadramaut, Yaman, keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib RA. Jamaluddin al-Husein bukan dari etnis India, leluhurnya bernama Abdul Malik, berasal dari Hadramaut, tapi hijrah ke India untuk berdakwah. Ia menetap di wilayah Koromandel, India, yang pernah berdiri sebuah kerajaan yang didirikan oleh keturunan Abdul Malik. Namun, penduduknya banyak yang berpindah ke Champa karena kalah dalam suatu peperangan.

Jamaluddin al-Husein ini mempunyai tiga anak laki-laki yang keturunannya menjadi pendakwah. Mereka adalah Sayid Barakat Zainal Alam, Ibrahim al-Akbar, dan Ali Nurul Alam. Barakat Zainal Alam menetap di Gujarat India dan memiliki anak bernama Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo. Sedangkan Ibrahim al-Akbar merupakan kakek dari Sunan Ampel.

Para Walisongo berperan penting dalam pembinaan mazhab Syafi’i hingga mayoritas Muslim Indonesia bermazhab Syafi’i. Dikatakan bahwa ikatan keluarga kalangan Asyrafpada zaman itu sangat kuat. Mereka tidak kesulitan untuk mempersamakan serta memupuk kesatuan paham Ahlussunnah. Pola pembinaan mazhab ini juga diperkuat dengan pertalian hubungan keluarga antara anak dengan bapak, paman dengan keponakan, dan antara mertua dengan menantu. Tradisi ini sangat kuat hingga membentuk pertalian ideologis secara turun-temurun.

Dapat disimpulkan, dugaan yang mengatakan bahwa akidah Walisongo adalah Syiah, merupakan anggapan yang sangat spekulatif. Berdasarkan data di atas, mazhab dan akidah Walisongo adalah Ahlus Sunnah-Syafi’iyyah. Diturunkan dari para leluhur mereka dari Bani Alawi di Hadramaut yang memegang kuat tradisi keagamaannya yang bercorak tasawuf itu. Jika Walisongo itu Syiah, maka dapat dipastikan mayoritas Muslim Indonesia Syiah hingga sekarang. Kenyataannya, Muslim Indonesia mayoritasnya berakidah Ahlus Sunnah bermazhab fikih Syafi’iyyah. Hal ini karena, secara turun-temurun dan berkelanjutan diwariskan dari para mubaligh Walisongo dan para ulama lainnya hingga saat ini.

Ada beberapa kesimpulan kajian penyesatan para orientalis Barat dan para Chinaisme itu sebenarnya dapat dibaca karena beberapa tujuan politik.

Pertama,mereka ingin melemahkan aqidah Islam didalam setiap diri kaum muslimin Indonesia, sehingga target dan tujuan menimbulkan keraguan atas kebenaran Islam tercapai. Perkembang tumbuhan jumlah ummat Islam didunia semakin hari semakin banyak yang memeluk dan memperdalam agama Islam, sehingga kebenaran ajaran Islam sangat perlu dirusak sehingga kebenaran Islam dapat didegradasi menjadi pembenaran.

Kedua, musuh Islam di Indonesia bertujuan mengaburkan identitas pembawa agama Islam yang sebenarnya, bahwa bangsa Arab yang membawa Islam tidak membawa kemajuan terhadap Indonesia. Kegemilangan strategi Walisongo didalam meng-Islamkan Indonesia, perlu direbut dari etnis yang berasal Arab menjadi etnis lainnya seperti China dan India. Bahkan orientalis lebih menampilkan kisah-kisah mitologi daripada karya intelektual bangsa Nusantara. Kisah-kisah para ulama Jawa dahulu dan Walisongo, misalnya, dikreasi dengan menonjolkan unsur mitologi daripada unsur keilmuan dan intelektual.

Ketiga, kultur dan tradisi keagamaan yang telah lama tumbuh serta membudaya di kalangan Muslim Indonesia, digiring dan disangkut-pautkan dengan budaya non-Ahlus Sunnah-Syafi’iyyah bahkan juga dikaitkan dengan kultur non-Islami (Hindu) atau (Budha), atau Kristen. Karena itu, kajian selanjutnya yang benar dan jujur serta komprehensif tentang pemikiran dan asal usulnya tiap tokoh Walisongo sangat dibutuhkan untuk disosialisasikan didalam masyarakat Indonesia. (Ashwin Pulungan)

DAFTAR PUSTAKA

1.Solikhin Salam. “Sunan Kudus Riwayat Hidup Serta Perjuangannya”. Menara Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun