Kapan kita akan berdamai dengan alam, ketika dampak produktif dan konsumtif kita hanya menjadi beban bagi sebagian alam yang air dan hasil buminya kita makan. Ini pertanyaan mendasarnya.
Artinya, memulai kesadaran untuk diet sampah, membuang pada tempatnya, memilah mana sampah organik dan non organik. Kesadaran itu harus dari diri kita, bukan by program. Bukan juga kebijakan yang datangnya kemudian setelah adanya bencana.
Mitigasi secara komunal itu penting, kesadaran mitigatif secara personal lebih penting. Ibarat menabung, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Begitu juga kesadaran, tidak bisa serta merta muncul. Ia harus menemui berbagai kondisi dan pengalaman, lalu diolah dalam akal dan pikiran, dan direnungi mendalam sehingga lahirlah kesadaran.
Manusia sebagai makhluk sosial mengatur komunikasi antar sesama. Manusia sebagai makhluk berbudaya menata kesadaran ide naluriah dan fitrah sebagai modal menata peradaban. Sedangkan manusia sebagai makhluk produktif dan konsumtif memiliki tugas membangun kesadaran dampak, kebutuhan dan pemanfaatan.
Sehingga yang lahir adalah kebijaksanaan, keberpihakan dan kemanusiaan. Disadari atau tidak, sampah adalah entitas yang erat dengan manusia, jadi belajar mengenali itu penting.
Di samping itu, bukan dari luar baru muncul kesadaran untuk belajar. Tetapi dari dalam dirilah kesadaran itu muncul sebagai modal untuk belajar.
Jika hari ini muncul berbagai gagasan go green, back to nature, gerakan sadar sampah atau apapun, adalah sebuah kelahiran yang perlu didukung, dan dukungan itu adalah dengan memulai dari yang terkecil, diet dan sadar sampah dari dalam rumah. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI