Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Halo" Matahari, Salam Sejahtera

27 September 2020   11:10 Diperbarui: 27 September 2020   11:23 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bangun agak terlambat hari ini. Baru saja menghidupkan HP, mengulik-ulik Sosial media, ternyata hampir 50% teman saya di sosial media mengupload Awan Cirrus yang sedang berkelindan di antara Matahari, sehingga membentuk seperti cincin.

Beragam caption membanjiri status media sosial siang ini. Menarik, ada yang melihat dari kacamata sains, kacamata mistisisme, kacamata spiritual, kacamata yang lain, asal bukan kacamata kuda. 

Aristoteles 384 SM., pernah menyinggung perihal Cirrus dan Parhelia yang berkaitan dengan prakiraan cuaca. Cuaca alam kita hari ini beragam, penuh asap, hutan sedikit demi sedikit mulai gundul, lahan pertanian mulai sempit, rumah kaca elok-elok berdiri membentang, tambang-tambang juga mulai mengusir lahan pemukiman dan hutan konservasi. 

Tidak heran jika banyak-banyak orang melihat dengan kacamata mistisisme dengan anggapan akan ada bencana, akan ada pagebluk, akan ada kalangan dan lain sebagainya. 

Walaupun hal itu terjadi antara bias sains, bias kebijakan, bias ekonomi, bias-bias bablas. Pada akhirnya semua memiliki cara pandang akan fenomena alam yang terjadi. Secara sains hal ini terjadi karena ada awan kristal dingin yang membiaskan cahaya matahari. Hal ini seperti pelangi. Bukan berarti hal ini biasa saja. Di dimensi yang lain pasti ada pesan yang tersirat. Di samping ini adalah tanda kekuasaan Sang Apoiron.

Dengan begitu, agaknya manusia tidak abai-abai banget kepada alam sekitar. Paling tidak, dengan berbondong-bondong merawat, membeli tanaman hias menjadi usaha untuk mengurasi tipisnya lapisan atmosfer. Tidak heran jika kegemaran orang banyak hari ini, di masa pandemi ini, berlabuh kepada tanaman hias. Hampir setiap rumah memiliki satu sampai berpuluh-puluh pot bunga. 

Halo matahari menjadi bukti bahwa alam juga bekerjasama. Makroskosmos dan mikroskosmos saling bertautan. Bisa jadi hal ini adalah hablum minal alam. Yang perlu dilakukan adalah sadar kondisi dan situasi. 

Banyak orang pintar tapi sedikit orang sadar. Alam yang menyediakan segala hal, kadang disulap berupa-rupa wisata. Direcoki konservasi alamiahnya. Kegusaran ini tentu tidak hanya dialami manusia, tetapi juga alam semesta.

Jauh dari pada itu semoga kita sejahtera. Salam sejahtera bagi kita semua. Bagaimanapun kondisinya semoga tetap bahagia. Paling tidak secuil cinta untuk alam semesta, dengan tidak membuang sampah sembarangan contohnya. Hal ini juga menjadi pesan kuat bagi penulis. Kadang apa yang mudah dibicarakan sulit untuk dikerjakan. Semoga kita senantiasa dalam ruang kesadaran.

Halo matahari yang biasanya terjadi selama 90 menit memberi gambaran kepada kita bahwa di antara sesuatu yang panas, ternyata juga terbiaskan oleh hal yang dingin. Begitulah kerja alam. Yin dan yang menjadi pijakan. Keseimbangan adalah hukum alam. Tidak hanya kausalitas tetapi juga kompensasi atas kehidupan.

Salam, semoga hari ini penuh dengan kesadaran menuju kehidupan-kehidupan yang bahagia nantinya. Salam.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun