Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo Iswaya.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Purnama ke-100

31 Desember 2019   10:27 Diperbarui: 31 Desember 2019   10:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini adalah penantiannya yang kesekian kalinya bagi alek, di depan rumah kuno dengan ukiran jawa itu sambil menghadap ketimur dan ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok memandang merahnya purnama yang mulai menyingsing bersama dinginnya malam, alek masih teringat akan janji dila di tepi air terjun coban jahe dengan kesungguhannya yang semakin menumbuhkan rasa cintanya pada dila.

Walaupun akhirnya pohon asmara yang akan dipetik buahnya ditebang dan dibakar dengan beringas oleh dila, hal itulah yang menjadi fikiran fajar teman alek " bagaimana mungkin raga yang sudah tak ia miliki masih dinanti di bawah purnama malam ini? ", malam itu fajar memperhatikan alek dengan seksama dari dalam rumah.

Tujuh tahun lebih empat bulan yang lalu, alek bergembira karena dila menyatakan kesediaannya menjadi pendamping hidupnya sampai nanti dimana dia dihidupkan kembali, dan kisah itu disaksikan bulan purnama yang merah merona menambah kehangatan suka cita mereka berdua, sehingga menambah semangat menghadapi kehidupannya yang dimulai dari bawah perekonomian dan pendidikannya, karena memang alek masih menempuh kuliahnya dan masih menginjak semester ke-4, semakin kuat tekadnya kala itu apalagi selalu ada semangat yang dihembuskan oleh dila disetiap kayuhan sepedahnya menuju kampus dimana alek menimba ilmu.

Namun kebahagiaanya berlalu saat tahu bahwa dila mengingkari janji-janjinya, dia lebih memilih pilihan keluarga besarnya dari pada mempertahankan apa yang sudah ia bangun sejak dulu, dan sejak itulah alek berdiri dalam keadaan terpuruk, bahagia dalam tangisnya, bersyair dalam bisunya, dan selalu memandang bahagia purnama-purnama yang ia lewati, dengan dalih "tuhan selalu tahu cinta sejatiku, karena aku berjalan diatas janji-janji yang tidak berani aku ingkari, dan aku berpegang teguh akan itu".

D_D, 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun