Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo Iswaya.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Layak Manjadi Anak-anak

14 Desember 2019   00:06 Diperbarui: 14 Desember 2019   00:08 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bestkartun.blogspot.com

Jika ada seorang anak di bawah umur 10 tahun diminta oleh orang tuanya untuk melakukan pekerjaan rumah, kira-kira bagaimana tanggapan anda? tidak masalahkah? Dengan beragam alasan berbakti kepada orang tua atau belajar sejak dini. Atau sebaliknya, anda menolak dan menilai bahwa hal itu menjadi bagian dari eksploitasi pada anak.

Orang tua mana yang tidak memimpikan anaknya berkembang dengan baik, pastinya semuanya. Sehingga beragam upaya dilakukan untuk menunjang impian kebanyakan orang tua. Anak diminta belajar dengan giat, mengikuti les di luar jam belajar, mengikuti ajang lomba ini dan itu, atau disuruh melakukan pekerjaan rumah, sebagai proses belajar sejak dini.

Positifkah? Belum tentu. Hal baik akan menjadi baik ketika sampai dan sesuai pada objeknya. Tepat sasaran. Dunia anak adalah dunia bermain dan mengeksplorasi diri. Belajar menjawab rasa ingin tahunya dengan bersosialisasi, dengan alam sekitar, dengan temuan-temuan baru bersama teman-temannya.

Anak-anak memiliki masa untuk bermain. Oleh karenanya dunia anak adalah dunia bermain. Bermain bukanlah satu hal yang menghabiskan waktu dengan sia-sia. Di samping membentuk keterampilan motorik pada diri anak, juga mengembangkan sistem kognitif pada anak. Di mana di dalamnya terdapat sistem atensi, konsentrasi, daya ingat, daya nalar, bahasa, mengenali dan memahami berbagai konsep dasar sebagai cikal bakal untuk mempelajarai beragam pengetahuan. Semisal membaca, menulis, berhitung dan lain sebagainya.(Bimba-AIUEO.com)

Perkembangan sosial dan emosional anak akan terbentuk dengan baik, jika anak-anak memiliki ruang gerak yang luas. Utamanya dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Sehingga secara alami membentuk sikap tenggang rasa, peduli dan bekerjasama dengan orang lain.

Sehingga ada rasa percaya diri yang tumbuh di dalam diri anak-anak. Bahwa dengan bermain, anak-anak dapat mempelajari beragama hal, aturan-aturan, menata emosional, belajar menempatkan diri, toleransi dan berbagi.(Mulyasa, 2014:110) 

Oleh karena itu, penting sekali mengenali dan memahami masa perkembangan anak-anak.

Tanpa disadari ekploitasi terhadap anak-anak terjadi. Mengapa? tidak mengenal masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Memaksakan kehendak orang tua terhadap anak. Jadi wajar jika anak di usia remaja bahkan dewasa memiliki kecenderungan tidak percaya diri, gerakan tutup kuping dan cenderung apatis.

Hal ini tidak sepenuhnya menjadi kesalahan orang tua, akan tetapi perlu adanya pembenahan pada sikap mendidik anak-anak. 

Karena setiap anak memiliki cara berkembang dan egosentris yang berbeda-beda. Sehingga orang tua juga tidak bisa terlalu menekan anak, pun sebaliknya bersikap terlalu santai dan memanjakan anak-anaknya. Dari sini berlaku fleksibilitas cara berpikir dan cara mendidik.

Ujar-ujar lama mengatakan bahwa "Anak iku kaya layangan, kadang dilulur, kadang ditarik" bahwa anak-anak itu seperti halnya layang-layang, ada kalanya dikendorkan benangnya, ada kala ditarik benangnya. Sehingga ada tarik ulur antara sikap mendidik orang tua dengan perkembangan emosional anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun