Mohon tunggu...
Rahmat Sudrajat
Rahmat Sudrajat Mohon Tunggu... lainnya -

Berjalan untuk kaya penglihatan, berjalan untuk kaya wawasan dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tangisan Sang Rimba

19 Mei 2014   16:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400466817177844397

Kita memohon kepada Tuhan untuk memberikan sebuah pohon dan memberikan sebuah hutan, senang sekali rasanya meminta pohon diberikan hutan yang dimanfaatkan baik hasilnya yang berupa kayu maupun hasil hutan lainnya seperti damar, rotan, obat-abatan alam. Apakah Tuhan mengabulkan permintaan manusia? Dan, bagaimana permohonan hutan yang berada di ambang kepunahan akibat tangan-tangan manusia yang rakus akan kekuasaan modal demi kepentingan kantong pribadi semata. Dari 90% kerusakan hutan diakibatkan oleh ulah manusia seperti kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun, penebangan hutan secara besar-besaran yang tidak berperikemanusiaan dengan mengatas namakan demi kepentingan negara untuk menghasilkan peningkatan roda ekonomi masyarakat Indonesia dan dengan alasan lain demi meningkatkan devisa negara yang kenyataannya semua itu hanya untuk kepentingan pribadi semata para pengusaha-pengusaha yang memiliki modal besar. Kekayaan hutan yang melimpah ruah akan kekayaan hayati (genetik, fauna dan flora) akan musnah sia-sia.

Dengan laju penebangan hutan di Indonesia yang kian merajalela dan tidak bisa dihentikan lajunya, tidak menutup kemungkinan seluruh belantara hautan Indonesia akan habis.  Maka bagimana nasib sahabat-sahabat alam (flora dan fauna) kita? Lalu kemanakah para sahabat-sahabat alam kita itu tinggal ketika habitat aslinya telah hilang akibat kekejaman manusia?

Apabila mereka bertempat tinggal di kota maka tidak akan mungkin dengan tingkat pencemaran lingkungan di kota yang tinggi dan sangat mungkin sekali punah akibat tidak dapat bertahan hidup, bagimana dengan anak-cucu kita melihat atau mengetahui jika kekayaan alam kita terbuang dengan sia-sia? Manusia lebih berpikir bahwa mereka adalah keturunan terakhir di alam ini walaupun mereka sadar sering berkata kebohongan.

Sebetulnya salah apakah hutan beserta isinya tersebut ? Padahal fungsi hutan beserta isinya jelas bermanfaat bagi manusia. Tidak ada lagi satwa yang bebas bermain di dalam hutan, bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami, bebas dari luka, sakit dan penyakit. Tapi manusia sendiri justru kejamnya tanpa ampun untuk merusak kehidupan hutan. Tidak hanya kayu di hutan saja yang di buru para manusia tetapi para pengguninya, juga merasakan dampakya seperti satwa yang ada di hutan Indonesia mereka di perjualbelikan secara illegal oleh para pengempul demi kepuasan para kolektor-kolektor satwa langka. Kasihan sekali hutan kalimantan harus punah akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab demi mengisi perut-perut para pengusaha atau pejabat.

Manusia menangis apabila kehilangan orang yang dicintainya dan bukan para satwa-satwa tersebut tidak menangis bila habitat mereka dirusak, jelas mereka sangat kehilangan, tetapi manusia tidak mau tahu bahwa mereka sangat kehilangan. Andaikan hutan tersebut dengan kelebihan dapat bicara seperti manusia, tentunya akan menuntut agar manusia mengembalikan hutan dengan keadaan seperti semula tanpa cacat satupun.  Yang diinginkan oleh sang penguasa alam seperti yang tertulis dalam semua kitab agama bahwasanya manusia dan alam harus hidup secara berdampingan tanpa harus ada yang menyakiti.

Dengan banyaknya perampokan sendi-sendi kehidupan hutan maka kita wajib bertangungjawab adanya kerusakan ekosistem maupun tempat tinggal bagi makhluk ciptaan Tuhan. Kita ambil contoh kecilnya dengan tidak melakukan perburuan baik itu yang legal ataupun yang illegal. Tak terasa manusia dan satwa seolah bekerjaran dengan waktu, bekerjaran dengan roda politik, dan jangan biarkan bom waktu yang mengancam kehidupan masyarakat berputar kembali menuju kehancuran yang tak terbayangkan dahsyatnya. Teringat salah satu lirik lagu Iwan Fals “tabir gelap yang dulu hinggap lambat laun mulai terungkap, labil tawamu tak pasti tangismu jelas membuat aku sangat ingin mencari, apa yang tersembuyi dibalik dua bening matamu” adalah satu harapan untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan sejati dalam alam raya yang kita miliki ini. Bergerak seretak menyelamatkan bumi, redamkan exploitasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun