Mohon tunggu...
Art TAKUBESI
Art TAKUBESI Mohon Tunggu... -

Belajarlah pada proses karena proses tidak pernah menghianati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Budaya Unik Asal Sumba: Sandelwod, Pasola, dan Nihiwatu

12 Juli 2017   12:40 Diperbarui: 12 Juli 2017   12:46 3297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Datang Marambu Umbu Joko Widodo| Istimewa

Budaya selalu membawa berkat. Di lapisan dunia mana pun, jika budaya di manfaatkan secara positif maka keuntungan pun mungkin akan menyusul. Saya kecil dan besar di Kabupaten Sumba Barat, dulu sekitar tahun 1995 belum ada pemekaran di kabupaten itu. Tetapi melihat wilayah yang semakin berkembang, maka Sumba Barat di bagi menjadi tiga kabupaten, yakni Sumba Tengah dengan ibukota Anakalang, Sumba Barat dengan ibukota Waikabubak, dan Sumba Barat Daya dengan ibu kota Waitabula.

Sumba sendiri dulunya hanya terdiri dari dua kabupaten besar yakni Sumba Barat dan Sumba Timur dengan ibu kota Waingapu. Hubungan transportasi udara dari luar pulau ini sering dilalui melalui bandar udara Mauhau Waingapu, tetapi seiring perkembangan, maka di ujung barat Sumba di buka lagi bandar udara Tambolaka di Sumbat Barat Daya tepatnya. Hingga kini setiap pejabat negara yang hendak berkunjung ke Sumba jarang melalui Waingapu, tetapi memilih tambolaka sebagai bandara tujuan.

Dari segi sumber daya alam, Waingapu dan Waikabubak sama sama memiliki budaya yang unik. Karena wilayahnya masih berupa hamparan padang rumput sabana, maka kuda di dataran itu hampir sama. Tinggi kuda kuda di sana hampir mencapai dua meter, sedangkan panjang bisa sampai empat meter, unik bukan? Beragam corak warna kuda, yakni coklat, hitam maupun putih. Sebagai wilayah ternak tentu masyarakat dulu sering menganggap ini sebagai hal biasa dan bukan sebagai alat untuk menarik wisatawan. 

Masyarakat setempat dengan mudah menjual kuda kuda mereka ke luar daerah bahkan ke luar negeri (Australia). Kuda kuda itu dibawa melalui jalur laut, yakni pelabuhan waikelo Sumba Barat Daya. Paling paling kuda kuda terbaik di Sumba hanya dipakai sebagai tunggangan untuk pacuan dan perang, masyarakat hanya menjalankan itu sebagai ritual tahunan. Padahal makna di balik pergelaran itu, cukup penting untuk menarik pengunjung ke Sumba. Lama kelamaan pemerintah juga mulai paham, ternyata ikon kuda bakalan menjadi daya tarik pengunjung domestik maupun mancanegara.

Salah satu pergelaran pacuan kuda dari tahun ke tahun yang kini mulai dikenal adalah pasola. Kuda kuda sandelwod (diambil dari nama kayu cendana dari sumba) ini dipakai untuk pasola. Dahulu, ini adalah perang antarkampung, untuk mengetahui musim panen. Jika ritual pasola berjalan lancar dan tidak ada korban jiwa, maka panen tahun ini akan mencukupi lumbung lumbung mereka begitupun sebaliknya. Pasola dilakukan di empat kecamatan, tiga kecamatan di Sumba Barat (dulu) yakni Lamboya, Wanokaka, Kodi. Sedangkan satu kecamatan di Kabupaten Sumba Timur yakni Gaura.

Ritual Pasola dimulai dengan ritual pencarian nyale, sejenis ular laut yang di cari oleh para tetua adat di pantai dekat kecamatan yang akan digunakan untuk pasola. Nyale di ambil sebelum matahari terbit, setelah itu pasola pun langsung di gelar. Kayu lembing, kuda, pakaian adat merupakan pelengkap untuk peserta pasola. Mereka akan saling melempar menggunakan lembing, banyak dari mereka yang terkena lembing hingga menembus kulit daging, tetapi jarang ada yang meninggal akibat pasola. Kerasnya kebiasaan yang mungkin membuat mereka tidak menyerah untuk mengambil bagian dalam pergelaran ini.

Kebanyakan masyarakat setempat masih melakukan pemujaan terhadap nenek moyang dan leluhur. Mereka mengenal agama Marapusudah sejak turun temurun. Kepercayaan ini membawa mereka pada banyak kebiasaan, seperti cara memperlakukan orang yang sudah meninggal. Cara mereka memperlakukan raja mereka. Kabiasaan lain yang unik, yakni perlakuan raja terhadap hamba. Misalnya, makanan sisa raja harus dihabiskan oleh hamba hambanya dan sebagainya. Hingga kematian sang raja, maka hamba hambanya juga harus dikorbankan. 

Bukan mitos tetapi nyata, karena saya pernah mengalami masa masa tersebut. Dimana sekitar tahun 1995-an banyak tersebar kabar bahwa Raja Nggongi yang baru meninggal meminta tumbal kepala, entah saat itu mungkin hamba hambanya sudah kabur, atau bagaimanapun itu, tetapi yang jelas pada saat itu masyarakat (perbatasan Sumba Barat dan Timur) geger dan takut keluar rumah, karena informasinya yang beredar banyak orang yang di tangkap untuk di jadikan tumbal. Tetapi itulah budaya, terkadang selalu menjadi raja di dalam kehidupan. Budaya terkadang selalu hadir di dalam kehidupan maupun kematian manusia.

Keturunan Raja sumba biasa dikenal dengan nama Umbu, untuk laki laki. Dan keturunan raja perempuan dikenal dengan nama Rambu. Ini masih memegang adat dan budaya yang kental, tetapi kebanyakan masyarakat sudah mulai beralih dan memeluk nasrani (kebanyakan Kristen). Masyarakat asli sudah terbuka untuk menerima budaya luar, tidak terkecuali budaya luar negeri. Tidak heran jika, orang bule bisa membangun hotel megah di ujung sumba bernama Nihiwatu Beach. Dan hotel itu kini menjadi favorite turis mancanegara karena memiliki keunikan terbaik di dunia.

Bagi pembaca kompasiana, jika suatu saat traveling ke Sumba, ingat menginap saja di Nihiwatu Beach. Disana kalian akan dimajakan dengan view dan makanan, serta pelayanan yang berkelas. Kali ini, tepat Rabu (12/7) 2017, bapak presiden kita mendapat julukan baru, Marambu Umbu Jokowidodo. Beliau sudah lebih dahulu berkunjung kesana untuk meresmikan festival 1001 kuda sumba dan tenun sumba. 1001 kuda itu akan digratiskan kepada semua pengunjung yang hadir di sana, mari mencoba menunggang kuda sumba.... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun