Mohon tunggu...
Art TAKUBESI
Art TAKUBESI Mohon Tunggu... -

Belajarlah pada proses karena proses tidak pernah menghianati

Selanjutnya

Tutup

Money

Boing 737 Max 8, Seri Terbaru Lion Air yang Meninggalkan Luka

13 November 2018   13:38 Diperbarui: 13 November 2018   13:39 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Crash,adalah suatu istilah dalam dunia penerbangan yang berarti kecelakaan pesawat, baik itu mengakibatkan korban jiwa atau tidak, gagal take off atau landing, tabrakan maupun insiden kecelakaan karena faktor cuaca. Penyebab terjadinya crash di Indonesia, kebanyakan karena faktor cuaca sedangkan crash karena human eror lebih sedikit. Tetapi yang menimpa pesawat Boing Lion Air JT610 PK-LQP murni bukan karena cuaca, lebih banyak disinyalir karena human eror. Banyak spekulasi yang berkembang tetapi sampai sekarang belum ada yang mengetahui penyebab pasti kejadian itu. Lion Air sudah mendatangkan ahli dari pabrik Boing untuk menyelidiki insiden tersebut. Berhubung pesawat naas dengan Aircraft Type 737 Max 8, itu merupakan seri terbaru yang di datangkan dari pabrik boing di Amerika.

Lion sendiri sudah sangat mempercayai boing, karena mumpuni dan lisensinya tidak ada yang dikuatirkan.Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia maupun dunia untuk menggunakan jasa transportasi udara yang satu ini pun terlampau tinggi. Apalagi Lion yang sudah memiliki ratusan pesawat, ini telah beroperasi di belahan dunia, dengan kualitas tinggi dan berbiaya rendah (low carrier cost), maskapai berlambang delapan sayap singa itu masih sangat diminati masyakarat se-anteru Indonesia.

Bukan tanpa bukti, Lion sendiri adalah pemasok pesawat terbanyak untuk Indonesia, sebut saja jenis max 8 yang dimiliki sebanyak 8 unit atau lebih banyak dari Garuda Indonesia. Dari pengetahuan penulis, Lion Air Group adalah perusahaan penerbangan tersibuk di Indonesia. Dimana jumlah pesawat sendiri hampir mencapai 500 an unit yang terdiri dari Batik Air, Wings Air, Lion Bizjet, Malindo Air, Thai Lion Air dengan rute Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Australia, India, Arab Saudi, Jepang, charter menuju China, Korea Selatan, Makau dan mungkin masih banyak lagi yang lain. Pesawat dengan jam terbang tersibuk ini juga seringkali digunakan mengangkut jemaah haji dari Senegal menuju Arab Saudi, Indonesia ke Arab Saudi dengan airbus A330.
Kekuatan dan strategi marketing yang diterapkan Lion Air untuk terus meramaikan pasar asia membuatnya semakin mengangkasa, di Indonesia saja Aircraf Type yang sering digunakan adalah 747-400, 737-800 NG, 737-900 ER. Semuanya berjalan di bawah manegement PT Lion Mentari Airlines (Group) yang berkantor pusat di Tower, Jalan Gajah Mada, Jalan Hasym Ashari, Jalan Kaji, dan Komplek Telaga Bestari Balaraja-Banten. Perusahaan penerbangan milik kakak beradik, Rusdi Kirana dan Kusnan Kirana, ini sudah beroperasi di hampir tiga ratusan kota di Indonesia. Tingkat kepercayaan masyarakat pun terbilang tinggi, agent agent maupun perusahaan jasa pengiriman pun hampir semua menggunakan jasa cargo dari Lion Air.
Pesawat dengan kode IATA (JT) ini secara bisnis bisa di bilang sudah berada di atas angin. Dan kehilangan satu armada memang tidak lebih nilainya dibandingkan satu orang penumpang, tetapi secara bisnis, ini kerugian yang sangat besar. Mungkin saja armada pesawat masih ditanggung oleh asuransi dari Boing sendiri, tetapi dari prasentasi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan sedikit menurun.

Sebagaimana dikatakan banyak pengamat penerbangan dan pilot senior di media media masa bahwa selagi standar operasional prosedur (SOP) dijalankan dengan benar, maka seorang pilot tidak perlu khwatir untuk menerbangkan pesawat. Perusahaan pun demikian, selagi masih menjalankan aturan dengan benar dan sungguh sungguh maka dengan sendirnya kerugian akan berganti dengan keuntungan berlipat lipat.
Tetapi sebagaimana kata pepatah, 'untung tak dapat di raih, dan malang tak dapat ditolak'. Bagaimanapun alasannya, tetap Lion Air selalu mementingkan safety diatas kepentingan perusahaan dan sebagainya. Sebenarnya dari pandangan saya, bahwa JT610 jenis PK-LQP tujuan Jakarta-Pangkalpinang (CGK-PGK) telah memenuhi standar operasional prosedur. Mulai dari schedule waktu landing 07.20, manifest penumpang, berat tonage cargo yang tidak melebihi empat ton, serta pengangkutan udara yang sudah sesuai dengan standar seharusnya sudah layak terbang.

Namun banyak polemik di media sosial dsb, mengapa pesawat jenis terbaru milik Lion Air ini sampai hilang kontak dan jatuh?
Untuk diketahui Lion Air sendiri memiliki 8 unit pesawat Type 737 Max 8, dan sebagian dipakai untuk penerbangan Malindo Air (pesawat Lion Air) yang berbasis di Malaysia. Pesawat ini memang begitu istemewa dari pabrikannya, dan setiap pesawat yang tidak memungkinkan untuk terbang oleh pihak Lion Air (Lion Tehnik) sendiri langsung dikarantina ke hanggar Lion Air yang bertempat di Lion Tehnik Batam. Itupun diberlakukan bagi armada pesawat yang sudah lama beroperasi dan membutuhkan perawatan lebih ringan atau pemeriksaan berat. Oleh karena itu jawaban dari pertanyaan di atas yakni tidak ada yang menyangka dengan kerjadian JT-610 yang konon adalah pesawat baru dari boing, dan untuk megetahui kejadiannya lebih detail, maka kita hanya bersabar menunggu hasil pemeriksaan kotak hitam pesawat JT610 oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
 
23 Ribu Karyawan Lion Masih Membutuhkanmu
Penulis sendiri berstatus sebagai salah seorang karyawan PT. Lion Mentari Airlines, yang berdiam di Jakarta dan masih membutuhkan gaji dari perusahaan ini. Mewakili teman teman yang lainnya kami mengganggap kejadian JT610 adalah duka besar. Mungkin pengabdian kami di perusahaan maskapai swasta terbesar di Indonesia ini hanya sebatas kasir, costumer cervice, back ofice, liner, maupun staf operasional yang setiap kali mempertaruhkan hidupnya hanya di ujung landasan. Tetapi kami bangga, dan sesuai dengan logo yang menempel di badan pesawat kami 'we make people fly', kami justru membuat orang yang pas pasan pun bisa terbang dengan harga downgrade (terendah).

"Buat beta Lion Air tu pesawat yang sampai sekarang ni orang masih mau nae, penumpang juga masih tumpah ruah, harga ju masih talalu rendah dan sonde ada perubahan apa apa," ujar Janet, salah satu warga Kupang yang sudah sering terbang menggunakan maskapai Lion air, di Jakarta baru baru ini. "Beta tau Lion Air tu maskapai yang harganya talalu murah jadi talalu banyak orang yang mau nae ini burung besi. Hanya kemarin ada kawan yang agak takut juga mau pulang pi Kupang tapi dia lebih pilih Batik Air. Hanya Batik Air ju kan Lion Air group, bedanya pesawat batik tu jenis Airbus sa," ujanya lagi.

Ada juga nitisen lain yang mengutip pendapat dari bapak Imam Nahrawi, menteri pemuda dan olahraga RI bahwa pasca kejadian, penumpang yang menggunakan pesawat Lion Air masih membludak. Ini sekaligus mematahkan anggapan miring yang selama ini sering muncul di media sosial. Tidak sedikit yang mengatakan Lion Air kurang profesional, raja delay, pelayanan dan costumer care yang sangat buruk, sampai sampai kekesalan mereka muncul melalui banyak meme yang berseliweran.

Beberapa hari belakangan ini, kantor pusat Lion Air tower yang beralamat di Jalan Gadjah Mada sering di datangi masa berjumlah kurang dari dua puluh (20) orang, mereka berorasi sambil membakar karet ban menutut agar pelayanan publik (penerbangan) maskapai Lion Air yang selama ini mereka anggap buruk agar diperbaiki. Pada akhirnya Lion Mentari Airlines Group membuka diri untuk menerima tuntutan tersebut. Lion Air tidak hanya mementingkan bisnis belaka, tetapi juga menanggung nasib dari 23 ribu karyawan.

Jika saja Lion bukan perusahaan yang 'sehat' mungkin sudah sejak lama perusahaan ini 'gulung tikar' dan nasib 23 ribu karyawan dipertaruhkan. Perusahaan yang pada Kamis 15 November 2018 berusia 19 tahun, ini memang terbilang muda karena dengan usia tersebut, kedua kakak beradik yang dulunya adalah pebisnis mesin jahit bisa mendatangkan ratusan pesawat, dan ikut meramaikan bursa pembelian pesawat di dunia. Tentu suatu kebanggan bagi bangsa ini, ketika setiap tahunnya Lion membuka lapangan pekerjaan bagi ribuan penggangguran di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, Lion bisa dikata merupakan perusahaan seksi karena di tengah gunjang ganjing yang menimpa, di pertengahan tahun 2018, perusahaan ini bersiap untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kabar yang tengah beredar bahwa perusahaan ini mengikuti kelas persiapan Initial public offering (IPO) yang di gelar jasa Ernst & Young (EY) Indonesia (sumber: https://bisnis.tempo.co tanggl 25, Juli 2018). Sekedar di ketahui bahwa sebuah perusahaan yang ikut bermain di pasar modal, barang tentu sudah siap untuk berekspansi dan mengembangkan jaringan.

Dengan berbagai macam crash, bukan hanya di JT610 tetapi banyak lagi yang lain setiap tahun bahkan dalam waktu yang tidak bisa diprediksi sekalipun, tidak lantas membawa dampak buruk bagi management, tapi justru menjadi penyemangat untuk terus memperbaiki pelayanan. Sebagaimana slogan 'we make people fly', Lion justru semakin mengangkasa dan membuat orang lain bisa terbang, kami doakan semoga di hari jadinya yang ke 19, 'Singa' kami terus berjaya
HAPY BRITDHAY LION AIR KE 19, JAYALAH DI ANGKASA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun