Mohon tunggu...
Mustaqim Latu
Mustaqim Latu Mohon Tunggu... Freelancer - @mustaqimlatu

Gam zeh Ya'avor ~ Ini juga akan berlalu

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sexy Killers" Sebuah Investigasi

16 April 2019   07:05 Diperbarui: 16 April 2019   07:23 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah hampir satu jam setengah tertahan, air mata saya akhirnya jatuh. Adalah Nyoman Darman,  penduduk Desa Negara, Bali. Pada tahun 1980 ia mengikuti program transmigrasi untuk berpindah ke  Desa Kerta Buana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sepuluh tahun pertama segalanya berjalan sesuai rencana. 

Sawah mulai digarap, tanah-tanah digemburkan dan panen telah memberikan hasil. Cerita manis tentang mereka yang berhasil di tanah transmigrasi bukan lagi menjadi khayalan. Setidaknya itu yang ia rasakan, untuk sementara. Ya, sementara.

Hingga akhirnya awan kegelapan itu pun muncul. Pemerintah mengeluarkan izin  bagi perusahaan batubara untuk melakukan eksploitasi di Desa Kerta Buana. 

Awan gelap pecah menjadi hujan masalah. Kehadiran perusahaan batubara tidak hanya memutus aliran air bagi keperluan sehari-hari dan pertanian, namun turut berdampak pada rusaknya ekosistem desa. Bukan tidak ada perlawanan. 

Nyoman suatu ketika pernah menghadang alat berat yang sedang melakukan kegiatan eksploitasi. Usaha tersebut berakhir dengan diseretnya ia ke dalam jeruji besi. 

Nyoman harus mendekam di penjara selama 3 bulan dengan tuduhan menghalangi operasional perusahaan. Kejadian tersebut menjadi satu-satunya cerita pahlawan di desa. 

Masyarakat menjadi takut untuk protes. Tidak ada yang mampu melindungi desa dari pengrusakan. Aktifitas perusahaan batubara semakin menggeliat. 

Tanah-tanah digali lebih dalam, sedalam pedih yang hanya bisa ditahan. Dalam waktu singkat wajah Desa pun berubah menjadi lubang-lubang menganga. Seperti menganganya mulut para elit yang tidak pernah tertutup puas menikmati rupiah demi rupiah dari hasil pemerkosaan terhadap alam. 

Cerita tentang Nyoman dapat Saudara temukan dalam pembuka film investigasi berjudul Sexy Killers yang disutradarai oleh Dandhi Dwi Laksono. 

Dandhy merupakan jurnalis senior yang disegani. Dia dikenal sebagai wartawan, aktivis, sekaligus pendiri rumah produksi film dokumenter WatchDoc. Saya sendiri begitu penasaran dengan film yang menelanjangi betul oligarki elit dalam eksploitasi batubara tersebut. 

Memang beberapa minggu yang lalu kabar nonton bareng Sexy Killers ramai berkeliaran di beranda, diantaranya diakukan oleh LSM dan mahasiswa di kampus. 

Dari kabar tersebut juga saya mendapati bahwa film tersebut tidak sembarangan bisa diakses. Untuk menontonnya harus mengajukan permohonan kepada pihak produksi. Namun rasa penasaran akhirnya tuntas setelah Watchdoc berani mempublikasikannya melalui  youtube pada tanggal 13 April lalu. 

Melihat realitas yang disajikan dengan begitu mengagumkan, Sexy Killers membawa kita pada perasaan yang begitu mendalam.  Rasa ketidakberdayaan dan inferior menghadapi para pemodal yang berkolusi dengan penguasa. 

Cerita yang barangkali tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Dan sebagaimana diperlihatkan benang merah yang begitu jelas, para elit tersebut saat ini sedang menikmati masa tenang setelah disibukkan oleh hingar bingar kampanye. 

Meskipun saya yakin mereka tidak akan benar-benar tenang karena harus menyusun strategi untuk kembali berisik setelah hari pencoblosan. Mereka ini  juga yang menyuntikkan cerita bahwa pesta demokrasi harus dirayakan dengan penuh suka cita. 

Sedikit dramatisir, ada yang sampai mengasosiasikannya dengan Perang Badar. Pada titik ini kita dibuat mengernyitkan dahi. Suka cita dan perang badar seperti apa yang mereka artikan, kalau toh sambung menyambung mereka satu jua dalam keserakahan.

Selamat menyaksikan, masih ada 1 hari lagi untuk datang ke TPS, menentukan pilihan diantara 3 pilihan. Bismillah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun