Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketidakpedulian terhadap Perubahan Iklim Pertinggi Peluang Munculnya Pandemi Baru

7 Mei 2022   22:54 Diperbarui: 7 Mei 2022   23:12 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perubahan Iklim akibatkan muncul Pandemi Baru | Photo by Anna Shvets from Pexels

PERUBAHAN IKLIM bagi masyarakat Indonesia bukan isu yang seksi. Buktinya jelas. Media kita hampir selalu dipenuhi berita-berita sensasional selebriti, gaya hidup pamer harta, atau kasus korupsi pejabat publik.

Untuk meneguhkan pernyataan ini, saya kutip berita kompas.com yang menyatakan bahwa masyarakat +62 paling tidak percaya perubahan iklim. Ditulis oleh Ahmad Arif, RI nangkring di urutan jawara dalam hal ketidakpercayaan dengan isu perubahan iklim ini dalam sebuah survei oleh YouGove, sebuah perusahaan analitik data dari negeri Ratu Elizabeth II. Hal ini disebabkan rendahnya literasi kita yang berimbas pada kurangnya pemahaman masyarakat mengenai topik ini.

Jika kondisi ini dibiarkan, tak cuma negara kita yang terancam tapi juga bumi seisinya. Karena ternyata baru-baru ada sebuah studi yang menguak kaitan sikap acuh terhadap perubahan iklim dengan risiko munculnya pandemi baru di muka bumi. Dengan pengalaman segar pandemi Covid-19, rasanya kita bahkan belum sanggup untuk bangkit sepenuhnya apalagi menghadapi pandemi anyar.

Sebuah tim peneliti dari Georgetown University mempublikasikan hasil survei mereka di Nature. Mereka menyatakan bahwa ada kaitan antara perubahan iklim dan transmisi atau penularan virus yang makin tak terbendung.

Perubahan iklim menurut ilmuwan akan merombak habis-habisan susunan dan populasi virus dalam tubuh mamalia di seluruh dunia. Contoh mudahnya Covid yang dulunya cuma di tubuh kelelawar, sekarang sudah bisa masuk badan manusia. Ini membuat perubahan susunan dan populasi virus di badan tiap manusia di seluruh dunia. Mereka yang divaksin atau tidak bakalan terdampak juga tanpa terkecuali.

Perubahan iklim yang dipicu meluasnya aktivitas manusia di sudut-sudut bumi yang sebelumnya tidak terjamah seperti hutan tropis juga ternyata mengakibatkan pergerakan spesies-spesies yang sebelumnya jarang atau tak pernah kontak dengan manusia. Spesies-spesies ini bakal bersentuhan dengan manusia dan tentu membagikan ribuan virus baru ke badan kita. Di sinilah potensi pandemi itu ada.

Akibat perambahan manusia dan perdagangan satwa serta konsumsi daging hewan liar, virus-virus berbahaya bisa muncul dan menyebar di wilayah-wilayah yang sebelumnya aman dari jamahan pandemi. Penyebaran makin luas dan susah dilacak. Penularan juga terus terjadi tiap saat ke berbagai spesies makhluk sebelum akhirnya bisa sampai ke manusia.

Aktivitas manusia yang disorot karena paling berisiko memicu pandemi ialah perdagangan hewan liar, ungkap ilmuwan.  Tapi sekarang dengan makin luasnya perambahan manusia di muka bumi dan dibukanya hutan menjadi berbagai lahan untuk manusia, perdagangan hewan liar belum ada apa-apanya. Kita secara tak sadar mendekatkan diri dan membuat diri kita rentan terpapar virus-virus yang tak dikenali tubuh yang jika masuk bisa membuat imunitas kita syok dan kebingungan menghadapinya.

Dengan makin tak berjaraknya habitat manusia dan satwa liar, risiko penularan dan penyebaran virus dari hewan ke manusia juga makin besar dan tak terhindarkan. Di sini dengan meledaknya jumlah penduduk Indonesia, kita memberlakukan program transmigrasi dan ini melibatkan pembukaan lahan hutan alami (deforestasi) yang sebetulnya mewujudkan ketakutan tadi.

Karena banyak negara masih menggunakan sumber bahan bakar fosil (termasuk kita) dan belum beralih ke sumber energi terbarukan, efek gas rumah kaca tak terbendung. Demi ekonomi, kita masih terus memakai batubara dan minyak bumi karena murah meriah meski dampak lingkungannya amat tinggi. Tapi siapa peduli? Yang penting ekonomi lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun