Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Child-free and Happy", Menimbang Plus Minus Fenomena Berkeluarga Tanpa Anak

22 Agustus 2021   13:26 Diperbarui: 31 Agustus 2021   09:02 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BARU-BARU ini seorang perempuan muda yang menyandang status pesohor internet sedang kebanjiran komentar soal keputusannya tidak memiliki anak. Dan keputusan itu didukung oleh sang suami.

Untuk masyarakat Indonesia yang memang masih memegang teguh norma-norma dan tradisi, keputusan sosok ini memang kontroversial. Anak dianggap sebuah syarat keberhasilan sebuah pernikahan. Menikah tapi tanpa memiliki anak dianggap sebuah kebahagiaan yang kurang lengkap.

Berbagai reaksi muncul. Seperti biasa, ada yang pro dan kontra. Ada yang menyayangkan karena menurut mereka menjadi orang tua adalah kebahagiaan dalam hidup yang tak bisa tergantikan dengan memelihara anjing atau kucing. Ada juga yang memahami keputusan tadi karena paham sulitnya membesarkan anak di zaman sekarang saat ekonomi makin suram, kompetisi makin sengit, dan bumi makin rusak sehingga masa depan planet makin tak pasti.

MENCEGAH KEMATIAN DINI PENDERITA DIABETES TIPE 1

Kemunculan konsep child-free membuat kita bertanya: "Apakah ada plus minus memiliki anak?" 

Tentu saja ada. Di luar pertimbangan moral dan agama, memiliki anak memiliki manfaat juga kok.

Bagi Anda yang mengidap diabetes tipe 1, memiliki anak merupakan salah satu cara untuk mencegah kematian dini. Hal ini ditegaskan oleh sebuah penelitian yang dipublikasikan di Diabetologia tahun 2013.

Memiliki anak menurunkan tingkat kematian para penderita diabetes tipe. Dan ini berlaku lebih pada perempuan daripada laki-laki.

Data mereka menunjukkan bahwa diabetes mempertinggi tingkat kematian pada wanita daripada pria. Dan makin banyak anak yang dimiliki, makin rendah juga risiko kematian orang dengan diabetes itu.

MENGURANGI RISIKO DEMENTIA/ KEPIKUNAN PADA WANITA

Inilah 'plus' yang berikutnya. Kita tentu tak menyangka ada hubungan antara riwayat reproduksi seorang wanita dan  risiko kepikunan yang ia akan derita nanti di usia lanjut. Dilansir dari Alzheimer's Association tahun 2018, ditemukan adanya kaitan antara riwayat kehamilan seorang wanita dan risiko alzheimer dirinya saat sudah senja.

Sebanyak 133 subjek perempuan di Inggris diteliti riwayat kehamilannya dan keparahan Alzheimer's yang diderita. Disimpulkan bahwa jumlah bulan kehamilan seorang wanita terutama yang dihabiskan di trimester pertama menjadi faktor penentu risiko Alzheimer's di masa tuanya. Para perempuan yang memiliki waktu kehamilan 12,5% lebih banyak memiliki risiko Alzheimer's 20% lebih rendah.

Peneliti menduga adanya potensi kehamilan untuk bisa mengatur ulang tubuh seorang perempuan sehingga ia bisa lebih tahan terhadap serangan Alzheimer's. Diduga ada efek-efek positif terhadap sistem imunitas wanita yang dihasilkan saat tahap awal kehamilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun