Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mengenang Budi Darma dan Wejangan-wejangannya

21 Agustus 2021   09:44 Diperbarui: 21 Agustus 2021   15:03 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sastrawan dan Akademisi Budi Darma | Kompas.id

Ini bukan asumsi belaka karena menurut temuan Agus Nur yang mengatakan dari hasil survei kecilnya tentang sepuluh penulis Indonesia terbaik pada 200 orang pembaca muda saat ini, mereka sudah tidak lagi mengenali sastrawan Indonesia seangkatan Budi Darma.

Dan karena itulah, dirinya merasa sudah saatnya buku-buku sastrawan Indonesia harus diterbitkan ulang agar bisa menjangkau para pembaca muda sastra Indonesia.

Agus sendiri yakin bahwa para pembaca muda ini bukannya tidak peduli pada karya-karya lama itu tetapi karena pasokan buku-buku karya pengarang seperti Budi Darma itu sudah begitu langka. Jadi, daripada salah menyalahkan, ia lebih memilih untuk menempuh solusi untuk menerbitkan ulang.

Namanya sendiri sudah mencerminkan kerendahhatian itu. Nama Budi di Indonesia adalah jenis nama yang semerakyat John di dunia Anglosakson.

Di kerumunan, kita tidak akan bisa dengan mudah mengenali Budi karena ia begitu pendiam. Ia mirip seperti gong, yang baru berbunyi setelah dipukul, diumpani dengan aksi tertentu. Ia tidak bisa berbunyi dengan sendirinya.

Sebagai sastrawan kampiun dengan segudang pengalaman, Budi juga memberikan wejangan berdasarkan pada kesalahan-kesalahannya di masa lalu yang perlu dihindari oleh para sastrawan penerusnya.

"Kesalahan saya adalah kalau saya menulis, saya tidak memiliki niat untuk menerbitkan tulisan tersebut," ia berpesan.

Kemudian Budi mengenang saat awal mula ia dalam proses menulis Orang-orang Bloomington, karyanya yang diterbitkan ulang. Agus Nur bahkan mengklaim buku kumpulan cerpen Budi Darma itu sebagai salah satu buku kumpulan cerpen yang patut dibaca oleh pembaca karya sastra kita tanpa peduli era.

Begitu rampung menulis, ia kirimkan naskahnya ke redaksi majalah Horison kemudian ia diminta Satya Graha Urip agar naskah itu bisa diterbitkan menjadi buku.

Setelah sekian lama stoknya habis, Budi juga tidak memiliki niat untuk menerbitkan ulang. Lalu datanglah Richard Oh yang meminta penerbitan ulang "Orang-orang Bloomington".

Tak disangka-sangka, penerbit Metafor yang menangani karyanya itu ambruk. Tetap Budi bergeming, tak ingin menerbitkannya. Penerbit Noura kemudian berinisiatif menerbitkan kembali karyanya sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun