Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Renungan Hari Farmasi Nasional: Hutan Kita, Apotek Kita

13 Februari 2021   17:50 Diperbarui: 13 Februari 2021   20:37 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat hewan-hewan sakit, mereka mencari obat ke alam bebas. (Foto: Wikimedia Commons)

TAK banyak yang tahu bahwa hari ini, 13 Februari, adalah hari persatuan farmasi Indonesia. Tidak ada hingar bingar yang sebesar hari pers yang baru saja berlalu tanggal 9 Februari.

Namun, mari sejenak berkontemplasi mengenai dunia pengobatan dan farmasi kita yang sangat erat kaitannya dengan kesehatan dan kedokteran, bidang-bidang yang sangat populer seiring dengan merebaknya pandemi.

Isu pandemi memang membuat umat manusia makin keranjingan hal-hal berbau kesehatan. Kini semua produk dan jasa yang menawarkan kekebalan tubuh kemungkinan besar ludes terjual. Karena banyak orang ketakutan terkena virus baru ini dan tak bisa pulih secepatnya. 

Mencari obat tatkala diserang penyakit memang panggilan alami makhluk hidup. Makhuk selain manusia pun juga berbuat demikian untuk bertahan hidup. Itu sebuah keniscayaan. Jadi saat hewan sakit, mereka juga ingin mencari obatnya. Tidak diam saja menunggu ajal menjemput.

Namun, makhluk-makhluk tadi tidak menyerbu toko daring atau apotek untuk berburu obat-obatan. Ya, namanya juga hewan. Mereka cuma kenal alam bebas. Lihat saja simpanse yang saat sakit memiliki insting untuk mencari dedaunan berkhasiat di hutan tempat tinggal mereka agar lekas sehat. 

Ternyata tidak cuma simpanse yang menunjukkan perilaku sejenis itu. Hewan-hewan lain juga memiliki naluri dan dorongan untuk mencari obat-obatan saat sakit.

Saat hewan-hewan sakit, mereka mencari obat ke alam bebas. (Foto: Wikimedia Commons)
Saat hewan-hewan sakit, mereka mencari obat ke alam bebas. (Foto: Wikimedia Commons)

Beberapa tahun terakhir, para peneliti mencatat makin banyak spesies hewan yang menunjukkan perilaku tersebut. Hewan-hewan tadi menggunakan tanaman herbal sebagai metode intervensi alami untuk mencapai kesembuhan. Dan metode pengobatan mandiri (self medication) semacam ini mungkin sangat jamak di dunia hewan, lebih jamak dari yang kita ketahui, demikian menurut para peneliti dari University of Michigan.

Masih mengutip pernyataan mereka, hewan menggunakan tanaman obat untuk mengobati beragam penyakit melalui perilaku-perilaku yang dipelajari dan naluriah yang sudah ada sejak lama. Bahkan diketahui bahwa serangga sekecil semut, lalat buah, maupun ngengat sudah memiliki naluri pengobatan mandiri ini. Jadi tak cuma hewan menyusui yang sudah lebih cerdas dan berotak besar. 

Bagaimana kalau serangga mengobati diri mereka sendiri?

Misalnya, mereka baru saja terkena serangan parasit, lalu apa yang mereka lakukan agar bisa bertahan hidup? Tentu mereka tak bisa memproduksi vaksin layaknya manusia, bukan?

Serangga ternyata memiliki taktik untuk memilih makanannya (daun-daun) tertentu yang berkhasiat mengenyahkan parasit dari tubuh mereka. Wow, tidak disangka serangga bisa berpikir sejauh itu bukan?

Semut-semut spesies tertentu juga menggunakan getah pohon dengan khasiat anti bakteri dari pohon pinus untuk menghambat pertumbuhan mikroba di sarang mereka.

Kupu-kupu monarch yang indah juga memiliki taktik sendiri agar keturunan mereka sehat tak terkena serangan parasit. Mereka menaruh telur-telur secara sengaja di tanaman milkweed yang ternyata berkhasiat anti parasit. 

Ngengat juga memiliki strategi bertahan dari serangan parasit. Saat menjadi ulat, mereka belajar untuk memilih makan daun-daun yang mengandung racun agar nantinya tatkala musim bertelur, parasit yang menyerang tumbang karena dalam tubuh mereka sendiri sudah ada racun penangkal dari dedaunan tadi.

Peneliti menemukan juga bahwa burung-burung gereja juga menggunakan puntung-puntung rokok untuk ditumpuk di sarang mereka agar kutu-kutu penganggu tidak berkembang biak di sarang. Itu karena puntung rokok mengandung nikotin dan kutu-kutu membenci nikotin, zat pestisida alami yang terkandung dalam daun tembakau.

Dengan demikian, burung-burung juga memiliki kecerdasan tertentu untuk menggunakan substansi atau objek di sekitar mereka untuk memelihara kesehatan mereka sendiri. 

Dan ini bukannya tidak memberikan konsekuensi pada alam. Ekosistem juga terpengaruh dengan kemampuan spesies hewan untuk memulihkan diri akibat serangan parasit dan penyakit karena seperti kita ketahui bersama, alam ini saling terkait seperti rantai.

Satu spesies mengalami sesuatu, spesies yang lain juga terkena dampaknya baik langsung maupun tidak. Apa yang terjadi pada serangga di ekosistem kita berpengaruh besar pada keberlangsungan manusia juga. 

Belajar dari perilaku-perilaku hewan ini, tanaman-tanaman masih terus menjadi sumber paling menjanjikan bagi dunia farmasi di masa datang. Ini sebuah kenyataan yang tak bisa disangkal. Namun, sedihnya perilaku kita hari ini seolah tidak mencerminkan hal itu.

Terbukti dengan terus berlangsungnya deforestasi di nusantara. Padahal kekayaan tanaman-tanaman herbal tadi ada di hutan tropis kita sehingga semua itu sungguh tak tergantikan. Begitu gundul, mungkin kita bisa tanami lagi, tetapi apakah keragaman vegetasinya akan kembali seperti sediakala? Dan kalaupun bisa kembali, berapa lama?

Jadi, jangan diremehkan sekecil apapun perilaku kita. Dan lagi lagi kita selalu terjebak pada pola pikir bahwa kita adalah penguasa bumi ini, padahal jika kita menghancurkan alam, kita juga ikut hancur sendiri. (*/ @akhliswrites)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun