Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Duka Perawat Vaksinator

11 Agustus 2021   17:35 Diperbarui: 11 Agustus 2021   17:42 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alur Vaksinasi | Foto: Kemenkes.co.id

Saya membayangkan bagaimana rekan sejawat saya yang menjadi tersangka kasus injeksi kosong pada pemberian vaksin di Jakarta Utara. Betapa pilu hari-hari yang dia lalui hanya karena video viral yang kemudian berdampak pada karirnya.

Nila setitik rusak susu sebelanga. Mungkin itu pribahasa yang tepat namun tidak seutuhnya apa yang dia lakukan akan berakibat fatal, karena bagaimanapun, injeksi vaksin yang sempat kosong telah diganti dengan injeksi vaksin sebenarnya.

Tapi apa daya, video telah terlanjur viral tanpa ada pembenaran di pihak perawat yang melakukan injeksi. Rekan kami hanya bisa menangisi kejadian yang telah berlalu dengan mengatakan bahwa apa yang dia lakukan sebelumnya adalah salah.

Polda Metro Jaya kemudian menggelar konfrensi pers dan menampilkan rekan sejawat kami sebagai tersangka. Piluh, namun itu kenyataan yang dilalui, meski proses hukum tetap berjalan, namun yang kami syukuri adalah tidak dilakukannya penahanan terhadap rekan kami.

Menjadi vaksinator memang gampang-gampang susah, selain terlatih untuk mengetahui standar operasional prosedur, kita juga dihadapkan pada persoalan ketersediaan tenaga untuk memenuhi target vaksinasi. Ini dilema yang kadang banyak orang tidak ketahui, karena mereka hanya datang saat ada sentra vaksinasi, namun tidak pernah merasakan bagaimana melakukan injkesi terhadap ratusan bahkan ribuan orang.

Penulis yang juga seorang vaksinator bersertifikat merasakan bagaimana lelahnya menjadi vaksinator. Sebelumnya ada 4 meja yang harus dilalui dalam proses vaksinasi yaitu meja pertama pendaftaran, meja kedua yaitu pendaftaran ditempat, meja ketiga proses screening pasien, meja keempat vaksinasi dan meja kelima pencatatan dan observasi. 

Alur Vaksinasi | Foto: Kemenkes.co.id
Alur Vaksinasi | Foto: Kemenkes.co.id

Karena dianggap terlalu lama, maka Kementrian Kesehatan melakukan revisi dan mengubah aturan yang ada dengan hanya membuat 2 tahapan dalam vaksinasi yaitu tahapan pertama pendaftaran dan kedua vaksinasi serta observasi. Hal ini kemudian mengubah pola kerja vaksinator yang sebelumnya mengatur 4 meja dan kemudian berubah menjadi 2 meja. Perubahan ini juga membuat kerja vaksinator menjadi cepat dan faktor kelelahan bisa di minimalisir.

Tapi masalah yang muncul kemudian adalah bertambah banyaknya peserta vaksin itu sendiri. Jika di tahun dan bulan sebelumnya rata-rata yang menjadi peserta vaksinasi berkisar 100-200 orang maka di bulan-bulan ini pesertanya mencapai ribuan orang per hari. Tingginya partisipasi masyarakat yang ingin divaksin membuat tenaga vaksinator harus ekstra dalam tugasnya. Mereka melakukan vaksinasi tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga lansia, anak-anak dan remaja.

Jika sebelumnya vaksinasi dilaksanakan di Puskesmas sebagai layanan tingkat pertama, maka saat ini muncul sentra vaksinasi di beberapa tempat seperti pusat perbelanjaan, sekolah, perkantoran, stasiun, bandara hingga rumah sakit dan klinik swasta. Bertambahnya sentra vaksinasi tentu membuat cakupan vaksinasi meningkat namun tidak bagi vaksinator yang rata-rata mendapat gaji 200-300 ribu per-hari dengan jumlah peserta yang di vaksin mencapai ribuan orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun