Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merawat "Rasa" Mengambil "Hikmah"

22 Oktober 2020   16:15 Diperbarui: 22 Oktober 2020   16:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Holiday in Express | Dokpri

 Setiap kisah selalu menghadirkan makna yang mampu memberi ibrah bagi kita. Apapun kejadian yang menimpa dan musibah yang datang, maka sesungguhnya ada pelajaran untuk kita maknai. Bisa jadi sebagai pengingat diri atau penggugur dosa-dosa.

 Dalam perjalanan menapaki kehidupan, kita akan bertemu dengan banyak orang, melakukan interaksi dan komunikasi yang kadang membuat bahagia juga trauma.

Mereka yang beruntung dan mampu memaknai setiap lekuk kehidupan sebagai ladang amal dan perjalanan sementara akan memberi dampak bagi pemaknaan akan hidup itu sendiri.
 
Hikmah, begitulah akhir dari segala pemaknaan tentang hidup. Hikmah akan berarti manakala pelajaran dari setiap kejadian mampu menjadikan kita lebih baik dan mampu mengubah sikap-sikap yang selama ini mengotori kehidupan.

Puncak pengetahuan juga hikmah, disadari atau tidak, ketika kita mampu memberi manfaat dari keilmuan yang ada, maka hikmah terbesar adalah keniscayaan akan hadirnya perubahan.
 
Sebagai puncak dari pengetahuan, hikmah memberi harapan bahwa segalanya memungkinkan kita untuk mencapai kemuliaan atau kehinaan. Dengan hikmah, ada harapan yang membuat kita berubah dari seluruh elemen penting tentang aspek kemanusiaan kita.
 
Ibarat orang yang tertusuk duri, barangkali dia akan meringis kesakitan dan menyalahkan keadaan karena tidak hati-hati saat berjalan. Ada yang mengambil pelajaran dengan menempatkan pikiran positif atas kejadian yang dialami, syukur masih tertusuk duri kecil, jikalau tertimpa pohon berduri, akan semakin berat kejadian yang akan dialami.
 
Ada juga yang memaknai hal itu sebagai bagian dari bergugurnya dosa-dosa atau kesalahan yang pernah diperbuat. Sehingga dengan kejadian tersebut, dia tidak hanya memaknai suatu peristiwa sebagai musibah melainkan jauh diatas segalanya. Ada aspek yang tidak terduga dan menjadi pengingat yang bisa mendatangkan makna bagi pribadi dan kehidupannya.
 
Tentu, dalam setiap perjalanan menapaki kehidupan ini, ada hal terduga dan tidak terduga yang wajib di maknai sehingga memunculkan hikmah. 

Ibarat orang yang berdoa dan berharap atas pengabulan doa-doa yang diwarnai rintihan dan air mata, pada saat yang lain ketika doa dikabulkan sang Pencipta, dia merasakan makna dari seluruh puncak keinginan yang ada. Setelah itu, hikmah muncul sebagai pengingat dan pengikat kebahagiaan antara hamba dan RabbNya.
 
Kesadaran memaknai hikmah juga berkaitan dengan perkara usia. Pada saat dewasa awal, kita mungkin berhasrat mendapatkan pekerjaan. Kala dewasa pertengahan, pekerjaan seakan membosankan karena rendahnya gaji dan imbalan.

Pada saat dewasa akhir, muncul kesadaran, bahwa pekerjaan yang sekarang telah membawanya pada fase kehidupan yang tidak lagi sama dengan masa dewasa awal. Menerima dan mensyukuri pekerjaan yang ada merupakan pilihan utama meski banyak pilihan-pilihan yang dapat diambil dengan segala konsekuensinya.
 
Apakah kemudian hikmah terjadi saat kita menua? Tentu tidak. Hikmah bisa datang kapan pun dan dimana pun selama manusia berinteraksi dengan sesama atau interaksi dengan alam dan lain sebagainya. Memaknai proses dari keseluruhan peristiwa bisa mendatangkan hikmah sebagai konsekuensi dari manusia berfikir.
 
Jadi, mari kita maknai setiap peristiwa yang datang dan pergi sebagai evaluasi diri dan pelajaran. Jika hari ini kita tidak bisa memaknai setiap peristiwa, maka sesekali kita mengevaluasi diri, apakah kita benar-benar telah jujur terhadap kehidupan atau sebaliknya menipu diri kita sendiri. 

Mengambil pelajaran dari setiap peristiwa hanya akan dilakukan oleh orang-orang berakal. Oleh karena itu penting kiranya kita berfikir sebelum bertindak dan mengambil pelajaran setelah kita berbuat.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun