Hal-hal semacam itu lebih leluasa saat ini, bukan masalah banyaknya bunga yang terjual dan terlihat di toko-toko bunga, karena masyarakat di sana memang gemar membeli bunga untuk diberikan kepada sesama, berkunjung ke rumah saudara dan lain sebagainya.
Orang Saudi akan merasa senang jika diberikan bunga, itu budaya di sana. Sebab bunga mencerminkan keharmonisan, kasih sayang, dan persaudaraan.
Tidak ada kaitan dengan bulan Februari, karena hampir tiap bulan mereka selalu membeli bunga untuk pesta, acara pernikahan atau sekedar berbagi dengan teman kantor.
Keterbukaan Saudi saat ini lebih pada menghargai para pendatang agar merasa nyaman untuk hidup dan tinggal tetapi aturan-aturan yang berkaitan dengan prinsip dasar seperti larangan membuka toko saat adzan, adanya mobil amar ma'ruf nahi mungkar yang mengingatkan masyarakat di jalanan agar segera menunaikan ibadah sholat masih ada dan tetap berlaku.
Saudi Vision 2030 yang dicanangkan oleh Pangeran Muhammad bin Salman memang punya sisi baik dan buruk, namun kebijakan dalam visi itu lebih menyadarkan warga Saudi sendiri bahwa segala kekayaan alam yang ada akan habis dan modernisasi harus diterima sebagai sebuah keniscayaan akan perkembangan global yang begitu maju dan terbuka.
Prinsip dasar akan nilai-nilai islam yang terakar kuat sejak negara ini berdiri masih kokoh meskipun aturan-aturan yang berbau modernisasi tercipta.
Itulah hebatnya masyarakat disini, mampu hidup dalam harmoni, kuat berpegang pada sistem dan nilai-nilai juga mampu menghargai para pendatang yang bekerja dengan tetap menghargai hak mereka untuk hidup dan merasakan kenyamanan tinggal.