Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Optimisme

30 Januari 2020   11:40 Diperbarui: 30 Januari 2020   11:43 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seingat saya waktu di Saudi, banyak dari rekan-rekan yang kreatif dalam bekerja. Bukan karena mereka menemukan hal baru sebagai perawat yang inovatif dalam bekerja tapi mencari pekerjaan lain diluar jam bekerja. Kalimat "Part Time" kadang menjadi solusi ditengah himpitan keras ekonomi juga harapan untuk memperbaiki kehidupan.

Memang disadari atau tidak, himpitan itu akan selalu ada, mau atau tidak, dia akan selalu datang pada saat kita berada dalam suasana yang baik maupun sebaliknya. Himpitan kehidupan bagaikan percikan api yang menyulut bara harapan agar kita memaknai, bagaimana rasa berada dalam keadaan tiada.

Orang-orang sukses maupun gagal sama-sama memiliki waktu dan kesempatan untuk dirundung himpitan bahkan melalui himpitan itu, ada yang berhasil melaluinya dengan usaha, namun juga banyak yang mengalah karena situasi dan kondisi tertentu yang belum bisa diselesaikan segera.

Memaknai kehidupan memang seperti ini, baiknya memang dimaknai, karena pemaknaan akan melahirkan kebesaran jiwa untuk mau memahami takdir juga jatah kehidupan. Orang-orang yang biasanya memaknai akan cenderung memotivasi yang lain agar berubah dan sekaligus mengubah cara pandang yang keliru dalam melihat kehidupan secara universal.

Saya sendiri kadang sering merenungkan bagaimana proses kehidupan ini berubah setiap saat dari sedih menjadi gembira, atau duka berubah bahagia. Komponen ini kita lalui dalam setiap rentang waktu yang bernama usia. Bukan berarti di usia muda kita lantas tidak boleh memberi makna tapi memang di setiap usia ada kebijaksaan yang terpendam dari keseluruhan cerita hidup yang kita lakoni.

Kita boleh menyembunyikan duka dan boleh juga menebar bahagia, tapi bukan berarti kita memaknai itu sebagai pengalaman melainkan semata-mata juga pembelajaran. Ada hikmah dari setiap proses tersebut untuk berbenah karena kehidupan setelahnya akan dimaknai sebagai refleksi hasil kerja masa lalu dan masa kini.

Lalu apa yang kita cari dalam proses pemaknaan itu ? saya sendiri melaluinya dengan penuh pembelajaran dimana saya bertemu mereka-mereka yang sukses di berbagai bidang namun juga harus tertatih membangun kehidupan keluarga, ada juga yang gembira berkumpul bersama keluarga namun harus berjuang melawan kerasnya kehidupan ekonomi.

Saya bertemu mereka-mereka yang curang dan culas namun pada akhirnya menerima segala konsekuensi dari apa yang mereka lakukan. Barangkali mereka berbuat karena himpitan, tapi harus disadarai bahwa sukses terbaik itu bukan urusan kita tapi urusan Allah SWT. Ketika keinginan kita bertemu dengan keinginan Allah SWT, itulah takdir sesungguhnya yang sedang kita hadapi.

Lantas ideal hidup itu dimana ? apakah kesenangan, kekayaan atau popularitas? Lantas saya mengulik banyak kisah tentang mereka-mereka yang hijrah dari berbagai kesenangan dan kepopuleran itu. Kita cukup belajar dari mereka betapa semuanya fana.

Saya teringat sebuah cerita disaat Umar Radiyallahu Anhu mendapati Rasullullah SAW sedang tidur di sebuah tikar yang terbuat dari pelepah kurma, disaat Rasul bangun dari tidur, Umar menangis melihat bekas tikar di punggung Rasulullah SAW. 

Lantas Umar bertanya kepada Rasul, "Wahai, Rasulullah, aku sedih melihat bekas pelepah kurma di punggungmu, bukankah engkau seorang utusan Allah SWT yang maha agung. Aku melihatmu berbeda dari sebahagian pemimpin-pemimpin lain yang tidur diatas Kasur yang bagus, hidup di istana yang megah dan mereka memakai pakaian-pakain yang layak".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun