Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perjalanan Menemukan Jati Diri

22 Oktober 2019   16:00 Diperbarui: 22 Oktober 2019   16:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kang Hasan Quotes

PAGI kembali berotasi seperti biasa setelah malam tinggalkan dingin yang begitu super. Kota Malang memang dingin, seperti itulah yang saya rasakan, mungkin lebih dingin dari Sumbawa. Sudah menjadi cerita banyak orang kalau Malang udaranya dingin, meski Kota Pendidikan itu lalu lintasnya terlihat padat setiap hari.

Saya mengawali cerita ini dengan kata "Metamorfosis", yang dalam bahasa biologi memiliki arti berubah. Kata yang sering melekat pada alur hidup seekor ulat yang setiap saat berubah hingga menjadi kupu-kupu yang indah. Demikianlah binatang, selalu memiliki kelebihan dan kekhasan masing-masing sehingga dengan demikian maka manusia belajar dari apa yang binatang lakukan dan alam sekitar berikan.

Di saat saya mengikuti program pelatihan tenaga keperawatan Overseas Placement Preparatory Program di Malang, Jawa Timur, ada ketenangan saat bertemu, berdiskusi dan berbagi dengan beberapa sosok berpengalaman; berdialog tentang masa depan keperawatan, hingga pada proses bekerja di luar negeri. Proses tersebut saya ikuti sembari menggali ilmu yang nantinya dapat dipraktikkan di masa mendatang.
Kembali melihat ke belakang membuat saya bersyukur setiap saat.

Realita yang ada di kampung halaman membuat saya terdorong untuk mengikuti pelatihan dan perjalanan panjang untuk ikhtiar bekerja ke luar negeri. Momentum kehidupan memang tak ada yang menduga datangnya, namun momentum itu bisa hilang ketika kita tidak memiliki sikap (reaksi) cepat atas momentum itu sendiri.

Pilihan hidup untuk menjadi pengembara adalah pilihan yang mungkin bisa dilakukan kalangan muda. Meninggalkan kampung halaman dan nyamannya hidup di desa pada masa muda harus dilakukan, karena bekerja di luar memberikan pelajaran, salah satunya bekerja keras menjalani kehidupan. Ada saatnya kita menjelajahi "dunia lain" dan mengambil hikmah atas perjalanan yang kita lakukan, tentunya pelajaran positif dan kerja yang inovatif.

Di kampung halaman saya pernah berdiskusi dengan seorang teman, dia berujar bahwa pasca kuliah keperawatan, begitu sulit mendapatkan pekerjaaan meski setiap saat mencari lowongan pekerjaan. Indah di awal menjadi perawat dengan kemampuan hard skill dan soft skill yang dimiliki, tapi menjalaninya penuh duka. Meski ada tempat bekerja namun statusnya tidak dibayar.

Saya termasuk yang miris melihat kondisi yang demikian. Terlebih seorang teman saya yang lain malah tidak mau mengikuti lowongan kerja ke luar negeri dengan alasan telah nyaman bekerja di dalam negeri: tentunya dengan bayaran minim dan status sukarela. Meski hal itu telah menjadi pilihannya, namun hal itu tetap kita hormati sebagai bagian dari perbedaan berpendapat dan pilihan hidup.

"Allah tidak akan pernah mengubah nasib suatu kaum hingga kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri"
(Qur'an surat ar-Ra'du ayat 11).

Ayat ini menegaskan kepada kita untuk berusaha semaksimal dan sebaik mungkin menjalani kehidupan ini. Harus ada kerja ekstra mengisi kehidupan yang kita jalani sembari---dalam prosesnya---selalu diiringi dengan kesabaran, kesyukuran dan tawakkal agar yang kita lakukan bermakna bagi diri kita dan orang lain.

Hati memang punya logikanya sendiri. Saya hanya bisa memberi semangat dalam melihat masa depan melalui cara berfikir yang out of the box.\

Selebihnya, kembali kepada masing-masing diri untuk bisa melihat peluang yang ada: untuk dimaknai dan dievaluasi, apakah akan mengikuti atau hanya sekadar dikritisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun